kievskiy.org

Politisi Partai Hijau Desak Hasil Pilpres AS Dihitung Ulang

PRESIDEN Terpilih AS Donald Trump bersalaman dengan petugas keamanan di lobi Gedung New York Times setelah rapat di New York, AS, 22 November 2016.*
PRESIDEN Terpilih AS Donald Trump bersalaman dengan petugas keamanan di lobi Gedung New York Times setelah rapat di New York, AS, 22 November 2016.*

WASHINGTON, (PR).- Tim sukses Hillary Clinton sangat senang mendengar bahwa bekas capres Partai Hijau Jill Stein telah berhasil menggalang dana sebesar 6 juta dolar AS. Uang ini akan digunakan untuk membiayai penghitungan ulang hasil pilpres AS di tiga negara bagian, Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin. Seperti dilaporkan The Guardian 27 November 2016, penasihat tim sukses Clinton, Marc Elias, mengatakan, kendati tak ada bukti sabotase dalam proses penghitungan hasil pilpres 8-9 November 2016 lalu di ketiga negara baian tersebut, mereka mendukung langkah Stein. "Kami sangat memahami bagaimana terlukanya hari para pendukung Clinton yang telah bekerja keras untuk memilih Hillary. Oleh karena itu, kami mendukung langkah Stein untuk memastikan semua suara dihitung," ujar Elias dikutip The Guardian. Stein sendiri mendesak penghitungan ulang dan telah menyiapkan dana sebesar 6 juta dolar AS yang berhasil dikumpulkannya secara daring dalam dua hari, bukan terkait dengan Clinton. Stein adalah rival Clinton dalam pilpres lalu. Tujuan mantan capres Partai Hijau tersebut mendesak hasil pilpres di tiga negara bagian dihitung ulang karena ingin memastikan bahwa proses penghitungan suara di tiga negara bagian tersebut telah benar-benar akurat. Kepada CNN, Stein mengatakan, dia tak punya kaitan dengan tim sukses dan tim kampanye Hillary Clinton. "Saya tak pernah berhubungan dengan siapapun di tim Clinton," ujarnya. "Saya menginginkan penghitungan ulang karena ada sejumlah pertanyaan soal akurasi penghitungan. Saya tak peduli siapa yang menang dalam pilpres AS, saya akan tetap mendesak hasil pilpes dihitung ulang," ujarnya lagi. Selain itu, Stein juga menambahkan bahwa dirinya juga ingin memastikan semua suara pendukung partai hijau dihitung. Pada pilpres 8 November 2016 lalu, Partai Hijau berada di urutan terakhir dengan perolehan suara sekira 1,5 juta. Partai Clinton berada di urutan pertama dengan 64 juta suara, tetapi kalah dalam pemungutan electoral votes. Sementara Trump dengan raihan suara hampir 63 juta, menang telak dalam pemungutan suara di tingkat elektoral. Analisis Amanda Holpuch yang dimuat The Guardian, menyebutkan bahwa penghitungan suara tak akan mengubah hasil pilpres. Pasalnya, selain tak ada permintaan dari otoritas di tiga negara bagian yang terkait, juga penghitungan dilakukan secara elektonik. Dalam hal ini, di Michigan, pemilih menggunakan layar sentuh saat memilih capres. Kemungkinan diretas pun sangat kecil sekali karena sistem keamanan berstandar tinggi. Trump sendiri menuding Stein ingin mencari keuntungan dnegan uang sebesar 6 juta dolar yang diraihnya dengan mudah secara daring, "Dia melakukan penipuan, uang tersebut akan dipakainya untuk kepentingan sendiri," ujar Trump. Ia juga mengingatkan bahwa Hillary sendiri telah dengan legawa mengakui kekalahannya. "Dia langsung menelefon saya pada 9 November lalu dana mengucapkan selamat," ujarnya. Untuk diketahui, hasil pilpres AS secara resmi baru akan diumumkan pada 29 November 2016 mendatang. Sebelum Stein, para aktivis dan akademisi juga mengajukan penghitungan ulang di ketiga negara bagian tersebut untuk mengantisipasi peretas asing mengacaukan hasil penghitungan suara di sana. Para aktivis dan akademisi ini telah membentuk koalisi dan meminta tim kampanye Hillary Clinton untuk bergabung memperjuangkan penghitungan ulang hasil pilpres di sejumlah negara bagian. Terkait tuntutan dari koalisi aktivis dan akademisi serta Stein, Clinton tak pernah memberikan respons. Yang jelas, Hillary Clinton telah dengan legawa mengakui kekalahannya atas Donald Trump dalam pilpres terketat dalam sejarah AS. Bahkan sang mantan menlu langsung menelepon Trump mengakui kekalahannya. Trump pun memuji semua perjuangan dan kontribusi Hillary untuk AS selama ini. Seperti diketahui, pilpres AS 8 November 2016 lalu merupakan pemilu yang paling ketat dan juga memecah-belah. Namun secara mengejutkan, usai pilpres selesai dan Trump unggul atas Clinton, sejumlah hal menakutkan yang sempat diperkirakan banyak orang akan terjadi lantaran Trump menang, ternyata tak terjadi. Ini ada kaitan dengan perubahan sikap Trump yang langsung melembut usai menang atas Clinton. Dalam pidato kemenangannya usai Trump memenangi dapil Wisconsin, dia meminta semua warga bersatu. Dia juga berjanji akan menjadi presiden AS yang inklusif. Nada bicara Trump setelah resmi menjadi presiden berubah, tak lagi kontroversial seperti sebelumnya.***​

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat