kievskiy.org

Anak Terkena Kanker di Negara Miskin Minim Perhatian

DAVIT (3), bocah penderita kanker mata terbujur lemah di ranjang RSUD Indramayu, Kabupaten Indramayu, Rabu, 28 Desember 2016.*
DAVIT (3), bocah penderita kanker mata terbujur lemah di ranjang RSUD Indramayu, Kabupaten Indramayu, Rabu, 28 Desember 2016.*

BERDASARKAN data milik WHO, selama 20 tahun terakhir jumlah anak penderita kanker meningkat sebanyak 13% di seluruh dunia. Dilansir dari The Guardian, kanker pada anak cukup jarang terjadi. Dibandingkan faktor gaya hidup ataupun lingkungan, faktor genetis kerap menjadi pemicu utama seorang anak mengidap kanker.

Kenaikan jumlah penderita ini mungkin dapat memunculkan gagasan yang berpengaruh terhadap pendeteksian kanker yang lebih baik. Namun, para ahli mengatakan penting untuk menghimpun data secara menyeluruh dari seluruh dunia terkait hal-hal yang memicu kanker, termasuk faktor infeksi dan polusi lingkungan.

The International Agency for Research on Cancer (IARC), berdasarkan temuannya dalam jurnal medis “Lancet Oncology”, mengatakan jumlah penderita kanker di dunia  mulai tercatat sejak 1980-an. Pada tahun 2001-2010, 140 dari 1 juta anak di bawah usia 14 tahun didiagnosis mengidap kanker. Sedangkan untuk remaja, IARC merilis data sebanyak 185 dari 1 juta remaja didiagnosis mengidap kanker.

Mayoritas dari mereka mengidap kanker limfoma yang menyerang sel darah putih. Negara-negara di Eropa dan Amerika pun tak ketinggalan menyumbang data, di sana mayoritas penderita kanker anak berusia di bawah 15 tahun terdiagnosis mengidap kanker leukemia.

“Kanker merupakan penyebab utama kematian anak dan remaja, penyakit ini relatif menyerang seseorang sebelum memasuki usia 20 tahun,” kata direktur IARC Christopher Wild.

“Secara umum, informasi ini dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait kanker pada anak. Hal ini pun dapat mendorong seseorang untuk mejaga kesehatannya sejak dini,” tambahnya.

Jurnal “Lancet Haematology” mencatat pada tahun 2005 hingga 2009, sebanyak 92% anak-anak penderita Leukemia Limpositis Akut (ALL) di Jerman dapat bertahan hidup hingga 5 tahun. Sedangkan di Kolombia hanya mencapai angka 52%.

Jumlah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diambil pada tahun 1995-1999 dan 2005-2009, angka bertahan hidup penderita ALL meningkat sebanyak 10% di Inggris, 58% di Tiongkok, dan 5% di Amerika.

Kasus kanker pada anak di negara-negara miskin tidaklah terlalu menjadi perhatian. Beberapa dari mereka tidak terdiagnosa dan mati tanpa melalui pemeriksaan. Faktor sosial menjadi alasan mengapa angka penderita kanker pada perempuan dan bayi di negara-negara tersebut sangat kecil. Sedangkan di negara-negara maju, yang memiliki pengetahuan lebih dan terus mengembangkan alat terkait kanker anak, memiliki angka anak penderita kanker yang cukup tinggi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat