MANILA, (PR).- Pengeboman ganda saat misa Minggu di gereja di Filipina bagian selatan menewaskan sedikitnya 21 orang dan melukai 71 orang.
Ledakan pertama muncul di katedral di Jolo, di Provinsi Sulu, diikuti ledakan kedua di tempat parkir mobil hingga menewaskan personel militer dan warga sipil.
Reuters melaporkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Pengeboman terjadi setelah muncul pengumuman pada Jumat 26 Januari 2019, yang menyebutkan bahwa daerah itu yang dihuni warga mayoritas muslim itu mengseahkan rencana pemerintahan mandiri pada 2020.
Langkah tersebut meningkatkan harapan perdamaian di Filipina, yang beberapa wilayahnya dilanda konflik, sekaligus salah satu negara termiskin di Asia.
Referendum pada Senin lalu menghasilkan 85 persen suara dukungan bagi pembentukan wilayah otonomi bernama Bangsamoro.
Meskipun Sulu menjadi salah satu dari sedikit daerah yang menolak otonomi, daerah itu tetap akan menjadi bagian entitas baru tersebut.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyebut, serangan bom sebagai tindakan pengecut dan meminta warga setempat waspada dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mencegah menangnya terorisme.
"Kami akan menggunakan kekuatan penuh hukum untuk mengadili para pelaku di balik insiden ini," kata Lorenzana.