PIKIRAN RAKYAT - Partai oposisi utama Taiwan Kuomintang (KMT) tidak mau dikategorikan sebagai kelompok pro-China, lantaran merasa selalu berpihak pada Amerika Serikat (AS).
Mereka mengaku berseberangan paham dengan China dan mendedikasikan diri untuk mempertahankan pulau Taiwan lewat jalur diplomatik.
KMT sempat menguasai pemerintahan China sampai akhirnya partai itu melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah perang saudara dengan Komunis.
Secara tradisional, KMT menyukai hubungan dekat dengan Beijing, yang otomatis semakin membuat mereka bertentangan dengan sebagian besar orang Taiwan.
Baca Juga: Caisar YKS Siap Jadi Duta Narkoba Usai Digrebek BNN karena Dituduh Pakai Narkoba
Hal itu karena hampir semua warga Taiwan membenci sikap China yang otokratis, atau sistem pemerintahan yang berpusat pada kuasa pimpinan.
KMT diketahui kalah telak dalam pemilihan presiden dan parlemen pada tahun 2020, usai gagal mengatasi tuduhan dari Partai Progresif Demokratik.
Saat itu KMT dihadapkan pada tuduhan yang cukup merepotkan, yaitu klaim bahwa partainya akan menjual Taiwan ke Beijing jika terpilih dan memenangkan pemilu.
Senin malam waktu Taipei, 6 Juni 2022, selama kunjungan ke Brookings Institution, Washington, Ketua KMT Eric Chu meluruskan segala tuduhan yang belum tuntas hingga kini itu.