kievskiy.org

Siapa Yevgeny Prigozhin? Bos Wagner Group dan Pemimpin Kudeta di Rusia yang Buat Putin Ketar-ketir

Yehgeny Prigozhin, pemimpin Wagner Group.
Yehgeny Prigozhin, pemimpin Wagner Group. /REUTERS/Alexander Ermochenko REUTERS/Alexander Ermochenko

PIKIRAN RAKYAT – Presiden Rusia Vladimir Putin geram dengan tindakan Wagner Group yang menusuknya dari belakang dengan melakukan kudeta pada 23 Juni 2023. Wagner Group yang merupakan pasukan tentara bayaran itu diperintahkan Putin dalam operasi Rusia di Ukraina pada 2022 kemarin

Wagner Group disebut menyebar ribuan pasukan tentara bayaran untuk menyusup ke Ukraina. Dewan Keamanan Nasional AS menyebut ribuan tentara bayaran milik Wagner itu berasal dari narapidana di Rusia.

Pemerintah Rusia membantah klaim tersebut, dan langsung cuci tangan. Namun kenyataan itu justru diakui oleh pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prigozhin dalam kudetanya.

Hal itu membuat kemarahan Vladimir Putin memuncak. Bahkan Vladimir Putin tak segan memberikan hukuman berat pada Wagner Group yang diketahui telah membelot dari Rusia, setelah menduduki kota Rostov-on-Don.

Baca Juga: Pasukan Wagner Membelot, Putin: Tindakan Ini Menusuk Rakyat Rusia dari Belakang

Yevgeny Prigozhin yang memimpin kudeta bukanlah orang sembarangan. Sosok tersebut bahkan telah menjadi orang kepercayaan Putin sejak lama. Lalu siapakah sosok bos Wagner Group tersebut?

Profil Yevgeny Prigozhin

Prigozhin merupakan orang kepercayaan Putin hingga sebelum adanya kudeta. Tak hanya dikenal sebagai pemimpin tentara bayaran, Prigozhin juga dikenal sebagai ‘koki Putin’ lantaran memiliki restoran dan perusahaan catering yang sering menyediakan makanan untuk Kremlin.

Sebagai pemimpin tentara bayaran, Prigozhin disebut pernah terlibat di sejumlah perang Rusia. Mulai dari invasi Rusia ke Ukraina, perang Bakhmut, pertempuran Soledar, hingga berujung pemberontakan di Rusia.

Mantan narapidana di Uni Soviet ini disebut mengendalikan jaringan perusahaan besar dan berpengaruh. Adapun perusahaan itu terdiri dari Wagner Group, dan tiga perusahaan lain yang pernah dituduh ikut bermain di Pemilu AS tahun 2016 dan 2018.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat