kievskiy.org

Awal Mula Krisis Pengungsi Rohingnya, Eksodus Besar-besaran 2017

Etnis Rohingnya.
Etnis Rohingnya. //Reuters/Riska Munawarah /Reuters/Riska Munawarah

PIKIRAN RAKYAT – Gelombang pengungsi Rohingnya di pesisir Aceh meluap selama tiga hari terakhir. Lebih dari 500 etnis Rohingnya datang ke Aceh menggunakan kapal sejak 14 November hingga 16 November 2023.

Krisis eksodus etnis Rohingnya ini sudah dimulai sejak kerusuhan di negara bagian Rakhine pada tahun 2012. Lalu pada 2015, para pengungsi Rohingnya menempuh perjalanan laut untuk melarikan diri ke beberapa negara di Asia Tenggara.

Puncak krisis eksodus etnis Rohingnya terjadi pada 2017, saat terjadi kekerasan, diskriminasi, dan penganiayaan selama puluhan tahun di Myanmar. Pada tahun 2017, etnis Rohingnya yang tinggal di negara bagian Rakhine mengalami kekerasan besar-besaran.

Sebanyak 742.000 orang dari etnis Rohingnya mencari perlindungan ke Bangladesh. Saat itu seluruh desa yang ditempati etnis Rohingnya dibakar habis, bahkan ribuan kepala keluarga terbunuh atau terpisah.

Baca Juga: Siapa Etnis Rohingnya? Kenapa Sering Berlayar dan Mengungsi ke Indonesia?

Kekerasan besar-besaran itu kemudian dilaporkan oleh berbagai kelompok hak asasi manusia (HAM). Namun hingga saat ini penduduk Rohingnya masih mencari tempat berlindung setelah tak mendapat tempat di Myanmar.

Tak sedikit orang-orang Rohingnya yang mengungsi ke Bangladesh. Lebih dari 960.000 pengungsi Rohingnya tinggal di kamp pengungsi Kutupalong dan Nayapara di wilayah Cox’s Bazar Bangladesh, yang sangat kumuh.

Para pengungsi Rohingnya mencari perlindungan di sejumlah negara di Asia Tenggara. Di Thailand ada 92.000 pengungsi etnis Rohingnya, dan 21.000 pengungsi di India. Jumlah pengungsi yang kecil menetap di Indonesia, Nepal dan negara lainnya.

Etnis Rohingnya di Myanmar semakin menipis setelah adanya bentrok bersenjata. Jumlah pengungsi etnis Rohingnya di Myanmar semakin turun, karena berpindah ke wilayah lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat