kievskiy.org

Akankah Gaza Alami Ramadhan Berdarah? Negosiasi Gencatan Senjata Berakhir Gagal

Kamp pengungsian Rafah. Gagalnya perundingan gencatan senjata antara Israel Penjajah dan Hamas jelang bulan suci Ramadhan.
Kamp pengungsian Rafah. Gagalnya perundingan gencatan senjata antara Israel Penjajah dan Hamas jelang bulan suci Ramadhan. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT - Negosiasi selama tiga hari, antara Israel Penjajah dengan Hamas mengenai gencatan senjata enam minggu di Gaza gagal mencapai tujuannya. Pasalnya, sudah terlewat batas waktu informal untuk mencapai kesepakatan, yakni sepekan sebelum memasuki Ramadhan.

Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mencoba menengahi perjanjian, di mana Hamas akan membebaskan tawanan Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata selama enam minggu, pembebasan beberapa tahanan Palestina, serta lebih banyak bantuan diizinkan masuk ke Gaza.

Jurnalis Al Jazeera, Hamdah Salhut mengatakan, putaran terakhir perundingan di Kairo, Mesir harus terhenti tanpa keterangan tindak lanjut yang jelas.

“Israel mengatakan mereka menunggu tanggapan Hamas, sementara Hamas mengatakan mereka menunggu tanggapan Israel,” katanya, melaporkan dari Yerusalem Timur yang diduduki, dikutip Rabu, 6 Maret 2024.

“Mediator yang berada di tengah-tengah berusaha menjembatani kesenjangan ini dengan mencoba menemukan solusi antara kedua belah pihak, namun tampaknya ada masalah yang tidak dapat diselesaikan," ujarnya.

Hamas diketahui menolak melepaskan sekitar 100 sandera, dan sekitar 30 sandera lainnya, kecuali Israel mengakhiri serangannya secara penuh dan seluruh.

Alih-alih enam pekan, Hamas ingin Israel melakukan gencatan senjata permanen, menarik diri dari Gaza, lalu melepaskan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk para pejuang yang menjalani hukuman seumur hidup.

“Keamanan dan keselamatan rakyat kami hanya bisa dicapai dengan gencatan senjata permanen, diakhirinya agresi dan penarikan diri dari setiap inci Jalur Gaza,” kata Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan, di Beirut, pada Selasa, 5 Maret 2024.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu secara terbuka menolak tuntutan tersebut dan berulang kali bersumpah untuk melanjutkan perang sampai Hamas dibubarkan dan semua tawanan dikembalikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat