PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat (AS) menilai serangan Israel Penjajah di Rafah terukur dan terbatas. AS juga memandang Israel Penjajah telah mengupayakan keselamatan rakyat sipil Palestina dengan Tindakan evakuasi sebelum operasi militernya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan bahwa AS masih menentang Israel soal serangan besar-besaran terhadap Rafah. Meski begitu, ia merasa serangan tampak 'dibatasi' alias tidak membabi buta.
“Operasi militer yang mereka lancarkan tadi malam cuma ditargetkan di gerbang Rafah,” kata Miller, Selasa, 7 Mei 2024, dilansir dari Al Jazeera, Rabu, 8 Mei 2024.
“(Israel) bukan (melangsungkan) operasi di wilayah sipil yang mereka perintahkan untuk dievakuasi," ucapnya lagi.
Israel Penjajah telah meningkatkan pemboman terhadap Rafah sejak Senin, 6 Mei 2024. Serangan tersebut sudah menewaskan puluhan orang setelah memerintahkan sekitar 100.000 penduduk di wilayah timurnya untuk mengungsi.
Pasukan Israel juga menyerbu sisi Palestina di perbatasan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir, yang berfungsi sebagai pintu gerbang utama bantuan kemanusiaan.
Menanggapi hal itu, AS memastikan mereka tidak pernah menyepakati rencana Netanyahu soal Rafah. Bahkan, kata Miller, AS mengkhawatiran nasib lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di kota Gaza selatan.
"Jadi kami akan terus menegaskan bahwa kami menentang operasi militer besar-besaran di Rafah," ucapnya mewakili Presiden Joe Biden dan Gedung Putih.
Baca Juga: Presiden Mesir Desak Israel Penjajah dan Hamas Capai Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza