kievskiy.org

Kelinci Menggemaskan Ternyata Merugikan Pemerintah hingga Triliunan Rupiah

Ilustrasi Kelinci liar
Ilustrasi Kelinci liar /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Beberapa hewan peliharaan dapat berkembang dengan baik seperti halnya kelinci ketika dilepaskan kembali ke alam liar – sebuah fenomena yang sering memiliki konsekuensi dari segi ekonomi dan ekologis. Para peneliti kini sudah menemukan alasan kenapa kelinci-kelinci tersebut berhasil beradaptasi kembali dengan alam liar.

Dikutip Time, pada studi yang diterbitkan jurnal Nature Ecology & Evolution pada 21 Juni, para peneliti bekerja sama untuk menentukan faktor yang membuat hewan berbulu ini menjadi penguasa di seluruh dunia.

Leif Anderson, salah satu penulis senior dari Universitas Uppsala Swedia, menemukan pada salah satu studi yang dia kerjakan bahwa umumnya sangat sulit untuk hewan peliharaan bertahan hidup di alam liar. Mereka yang bertahan di alam liar biasanya disebut sebagai  “feral” yang berarti liar atau menjadi liar kembali – contoh umumnya adalah babi liar dan kucing liar. Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mencoba untuk memahami apa yang memungkinkan bagi hewan peliharaan, seperti kelinci, untuk berkembang di alam liar.

Sebuah penelitian sebelumnya tentang kolonisasi (migrasi) kelinci di Australia menemukan bahwa Thomas Austin dari Inggris memperkenalkan 24 kelinci pada tahun 1859. Hal ini dilaporkan majalah Smithsonian sebagai penyebab adanya peningkatan populasi kelinci yang berujung pada “malapetaka” ekologi dan ekonomi.

Ilustrasi kelinci untuk penelitian
Ilustrasi kelinci untuk penelitian
Para peneliti mengurutkan genom (segugus kromosom) dari 297 kelinci – termasuk enam populasi liar dari Eropa, Amerika Selatan, dan Oseania – serta kelinci liar dari daerah Eropa Barat Daya. Hal ini dilakukan untuk pemahaman yang lebih baik tentang perubahan genetik yang memungkinkan seluruh kelinci Eropa untuk bertahan hidup di alam liar. Berdasarkan Universitas Uppsala, penelitian ini merupakan penelitian dengan dataset kelinci terbesar yang pernah ada.

“Kelinci domestik atau kelinci yang biasa dipelihara sangatlah umum ditemukan. Ekspektasi awal kami adalah para populasi liar ini akan terdiri dari kelinci-kelinci peliharaan yang entah bagaimana berhasil untuk beradaptasi kembali dengan alam liar. Akan tetapi, temuan kami menunjukan skenario yang lebih kompleks. Meskipun melihat enam kolonisasi yang sebagian besar independen, semua kelinci ini memiliki asal-usul campuran antara domestik dan liar,” ujar Miguel Carneiro menjelaskan.

Dilansir Time, penelitian ini menemukan bahwa ketika kelinci beradaptasi dengan alam liar, varian genetik yang berhubungan dengan domestikasi (penjinakan) sering kali dihilangkan. Hal itu terjadi karena ciri-ciri yang berhubungan dengan domestikasi akan membuat hewan lebih rentan dimangsa oleh para predator. Salah satu contohnya adalah albino atau kelinci dengan warna hitam penuh jarang terlihat di alam liar meskipun warna-warna tersebut merupakan warna yang sangat umum pada kelinci domestik.

Penelitian ini juga menemukan bukti yang menunjukan bahwa seleksi alam memengaruhi gen yang terikat dengan perilaku dan perkembangan sistem saraf.

Pedro Andrade, ketua dari penelitian ini mengatakan bahwa sifat jinak sangatlah penting bagi hewan domestik yang hidup berdekatan dengan manusia. Tapi, sifat jinak ini tidak akan membantu para kelinci yang kembali ke alam liar untuk bertahan hidup. Maka dari itu, seleksi alam menghilangkan varian genetik yang berhubungan dengan sifat jinak mereka.

Para peneliti juga mengatakan di studi mereka bahwa pencarian ini menawarkan wawasan penting untuk penanggulangan serta penanganan populasi yang invasif (menyebar dengan cepat). Menurut Universitas Uppsala, kelinci liar dapat menjadi sebuah hama yang menyebabkan kerugian sampai ratusan juta dollar atau sekitar triliunan rupiah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat