kievskiy.org

Warga Desa Putridalem Gelar Doa Minta Hujan

RATUSAN warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh berkumpul berderet  di tengah jalan desa mulai dari tengah desa hingga ujung pemukiman dan sawah memanjatkan doa memohon agar hujan segera turun, Rabu (27/10/2015). Permohonan hujan dilakukan karena kondisi areal sawah mereka benar-benar kering.*
RATUSAN warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh berkumpul berderet di tengah jalan desa mulai dari tengah desa hingga ujung pemukiman dan sawah memanjatkan doa memohon agar hujan segera turun, Rabu (27/10/2015). Permohonan hujan dilakukan karena kondisi areal sawah mereka benar-benar kering.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Ratusan warga Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka lakukan doa bersama di ruas jalan desa yang membelah pemukiman penduduk untuk memohon agar hujan segera turun, sehingga warga tidak lagi kesulitan air serta petani bisa segera memulai musim tanam, Rabu (28/10/2015). Doa memohon hujan yang dilakukan warga Desa Putridalem ini mereka datang menggelar tikar dan sejumlah pelatan untuk duduk warga yang datang. Setelah itu mereka duduk melingkar sambil. Saat datang ke lokasi tempat memanjatkan doa, ibu-ibu rumah tangga membawa tumpeng lengkap dengan bakakak ayam (satu ekor ayam yang disimpan di tengah tumpeng), congcot (tumpeng yang dibagian atasnya terdapat telur ayam kampung) serta aneka makanan yang dibawa menggunakan bakul dan rantang. Setelah semua warga berkumpul sambil menghadapi makanan yang dibawanya, sorang tokoh masyarakat setempat langsung mengajak semua yang hadir untuk membaca solawat, itu dilakukan setelah memanjatkan doa bagi karuhun (orang yang telah meninggal). Doa kemudian diakhiri dengan menyampaikan permohonan kepada Allah agar segera menurunkan hujan, sehingga masyarakat tidak lagi mengalami kekeringan dan kesulitan air seperti yang terjadi saat ini. Menurut keterangan sejumlah warga seperti disampaikan Nuraeni (40) dan Mila (37) saat ini hampir semua warga di wilayahnya sudah kesulitan air bersih, semua sumur nyaris mengering. Sebagian warga untuk kebutuhan mandi dan mencuci sudah minta air ke rumah tetangga yang sumurnya masih tersedia air. “Saat ini sudah tidak tersedia air bersih ataupun air kotor di wilayah kami, karena sumur dan kolam serta sungai sudah tidak berair lagi,” ungkap Nuraeni. Saluran air dari Bendung Rentang yang mengalir di Saluran Induk Cipelang dan Cibuaya dan biasa disedot dengan pompa air kini benar-benar kering, sehingga tidak ada air yang bisa dimanfaatkan warga. “Warga kini sudah benar-benar panik,” kata Nuraeni. Sehingga, menurutnya, petani di Desa Putri Dalem, untuk saat ini jangankan bisa bertani air sekedar untuk mandi saja sulit. Beruntung beberapa kali pihak Pabrik Gula Jatitujuh bersedia menyuplai air untuk warga sehingga warga sedikit terbantu. Menurut Nana Waskana, kemarau panjang seperti yang terjadi saat ini baru terjadi kembali setelah beberapa tahun lalu, namun kondisinya tidak separah dengan yang terjadi saat ini. “Kami bari sekarang kesulitan air seperti yang terjadi sekarang ini. Semua sungai mengering, demikian juga dengan sumur. Kondisi ini diperparah dengan adany pengeringan Sungai Cimanuk karena ada penggenangan Jati Gede.Namun demikian kami berharap Jati Gede kedepan bisa membawa berkah bagi kami. Bila sekarang sawah kami hanya ditanami setahun sekali kedepan setelah Jati Gede digenangi bisa tiga kali tanam,” papar Nana. Kuwu Desa Putridalem Toto Suharto mengatakan, acara ngagayuh hujan (memohon hujan) yang dilakukan bersama warganya ini sekaligus melaksanakan kegiatan guar bumi agar kegiatan tidak dilakukan dua kali. Guar bumi ini dilakukan saat menjelang musim tanam terjadi untuk memohon berkah agar Tuhan memberikan keselamatan dan hasil panen yang melimpah serta bermanfaat bagi petani. Di wilayahnya menurut Toto, kini hampir seluruh areal sawah tidak bisa ditanami, karena semua kering kerontang. Padahal hampuir seluruh warga di wilayahnya hidup dari bertani dan beternak domba. Dengan kemarau panjang para peternak dombapun kesukitan rumput, sehingga mereka harus menggembalakan dombanya hingga berpuluh-puluh kilometer. “Puluhan hektare saah di kami tidak ada yang bisa ditanami karena kering kerontang. Para peternak domba juga haru menggembalakan ternaknya ke desa tetangga yang masih tersedia rumput. Para peternak yang biasa menggembala diperkebunan tebu juga kini nyaris tak ada rumput,” kata Toto.(Tati Purnawati/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat