kievskiy.org

Masih Banyak Warga yang Berak dan Mandi di Sungai

SEJUMLAH anak mengayuh perahu di pinggir kakus di sungai Cipelang di Desa Jatitujuh, Kecamatan Katitujuh. Di aliran sungai wilayah Jatitujuh kakus dan MCK ada di hampir setiap jarak 25 meter hingga 50 meteran di kanan dan kiri sungai.*
SEJUMLAH anak mengayuh perahu di pinggir kakus di sungai Cipelang di Desa Jatitujuh, Kecamatan Katitujuh. Di aliran sungai wilayah Jatitujuh kakus dan MCK ada di hampir setiap jarak 25 meter hingga 50 meteran di kanan dan kiri sungai.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Masih cukup banyak warga di Kabupaten Majalengka yang melakukan mandi, cuci dan kakus di sungai atau di kolam ikan (sunda:balong). Kondisi tersebut karena kebiasaan masyarakat meski sebagian di antaranya telah memiliki kamar mandi di rumah. Di sejumlah desa di Kecamatan Jatitujuh yang berada di sepanjang aliran Sungai Cipelang dan Sindupraja warga setempat sengaja membuat kakus di sepanjang aliran sungai, tak jauh dari kakus terdapat tembok berumpak sepangang kurang lebih dua meteran atau empat meteran yang difungsikan untuk mencuci pakaian, perabotan rumah tangga dan mandi. Atau terkadang juga tempat tersebut dipergunakan untuk buang air besar (berak) sambil mandi. Antara Desa Jatitujuh dan Panyingkiran misalnya kedua desa tersebut dibatasi oleh aliran Sungai Cipelang. Di sana banyak ditemukan kakus dan tangga berumpak yang biasa dipergunakan MCK. Kakus hampir ada disetiap jarak 20 hingga 50 meteran. Itu terdapat di setiap pinggir aliran sungai baik yang masuk ke wilayah Panyingkiran ataupun Jatitujuh. Menurut keterangan Iim warga Jatitujuh kakus sengaja dibuat oleh warga untuk memudahkan BAB terutama saat musim penghujan yang airnya selalu deras dan dalam. Kakus hampir rata-rata terbuat dari bambu dan kayu yang tiangnya dipasang ke dasar sungai, setelah itu dipasang jembatan hingga sepanjang kurang lebih dua meteran dari bibir sungai, sedangkan dindingnya ada yang terbuat dari seng ada pula yang terbuat dari bilik bambu. Warga yang menggunakan kakus seolah tidak peduli ada orang yang laoin sedang mencuci di bagian hilir, demikian sebaliknya. Ela warga lainnya mengatakan bila kayu atau bambu penyangga kakus lapuk, warga secara bergotong royong memperbaikinya. Demikian halnya ketika tangga tempat cuci rusak, lingkungan Rukun Tetangga setempat berusaha iuran untuk memperbaikinya. Hanya menurut Enur warga lainnya belakangan ini warga yang MCK di sungai semakin berkurang terutama setelah DPAMmasuk ke wilayah Jatitujuh. Dengana danya PDAM banyak warga yang membuat MCK didalam rumah. “Hanya memang banyak warga yang merasa lebih nyaman MCK di sungai, memandikan anak di sungai, airnya tidak perlu dibeli,” kata Enur. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka dr.Gandana Purwana membenarkan di Kabupaten Majalengka masih sangat banyak yang memanfaatkan air sungai dan kolam ikan untuk MCK atau BAB di kakus. Itu hampir terjadi disemua wilayah Kecamatan di Kabupaten Majalengka, terutama masyarakat yang berada di pinggir aliran sungai Cipelang dan Sindupraja. Serta Kecamatan Lemahsugih dan Malausma. Di sejumlah desa di dua Kecamatan Malausma dan Lemahsugih hampir disetiap kolam ikan terdapat kakus. “Masyarakat sudah diberikan imbauan oleh petugas Kesehatan Lingkungan agar memperhatikan sanitasi, namun sebagian masih mengabaikan anjuran tersebut,” ujar Gandana. Solusinya menurut Gandana perlu dibuatkan WC comunal, namun untuk pembuatan sarana tersebut adanya di Dinas BMCK sedangkan Dinas Kesehatan sifatnya hanya penyuluhan agar masyarakat menjaga sanitasi lingkungan.(Tati Purnawati/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat