kievskiy.org

Realisasi Penyaluran Raskin Kabupaten Sukabumi Terendah se-Jabar

TIGA warga rumah tangga sasaran penerima beras miskin mengambil jatah penyaluran perdana raskin 2016, di Gudang Bulog Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Selasa (26/1/2016). Dari total penerima 215.000 orang, sebanyak 33.281 warga miskin dipastikan tak menerima raskin tahun ini.*
TIGA warga rumah tangga sasaran penerima beras miskin mengambil jatah penyaluran perdana raskin 2016, di Gudang Bulog Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Selasa (26/1/2016). Dari total penerima 215.000 orang, sebanyak 33.281 warga miskin dipastikan tak menerima raskin tahun ini.*

PALABUHANRATU, (PRLM).- Realisasi penyaluran raskin tahun 2015 di Kabupaten Sukabumi menjadi yang terendah se-Jawa Barat. Dari 32.709 ton yang siap disalurkan kepada 181.719 rumah tangga sasaran, penyerapannya hanya sebanyak 29.111 ton atau setara 89 persen. “Jujur, saya malu dengan capaian tersebut. Harus ada evaluasi menyeluruh mulai dari tingkat kelurahan hingga kecamatan,” kata Asisten Daerah II Kabupaten Sukabumi Dana Budiman dalam Peluncuran Perdana Raskin 2016 di Gudang Bulog Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Selasa (26/1/2016). Ia berasumsi, rendahnya realisasi penyaluran raskin disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, karena Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu daerah lumbung beras nasional. “Jadi saat musim panen raya, warga yang masuk dalam daftar penerima raskin yang sebagian besar adalah petani itu tak mengambil jatahnya. Stok beras mereka melimpah,” katanya. Kepala Bulog Sub Divisi Regional Cianjur Drajat Sudrajat menambahkan, faktor jarak dan titik distribusi yang banyak menjadi penyebab utama rendahnya realisasi penyaluran raskin. Bulog harus menyalurkan ke 387 desa yang tersebar di 47 kecematan. “Kabupaten Sukabumi ini wilayah terluas. Pada 2015 itu, peluncuran raskin ke-14 juga agak terlambat. Kami tak memiliki cukup waktu untuk mendistribusikan semuanya karena saat memasuki 2016, raskin untuk 2015 sudah tak boleh disalurkan,” ucap Drajat. Warga Kampung Cibeureum, Desa Sukaraja, Yati Haryati (50) mengatakan, kualitas raskin sering tak laik untuk dikonsumsi. Hal tersebut membuat warga memilih untuk membeli beras lain ketimbang mengeluarkan uang untuk menebus jatah raskin. “Berasnya bau dan beunyeur seperti untuk pakan hewan. Biasanya, kualitas yang bagus itu hanya awal tahun saja. Setiap bulan saya mendapat jatah 15 kilogram,” ujarnya. (Dhita Seftiawan/A-88)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat