kievskiy.org

Ratusan Benjolan Tumbuh di Tubuh Casnawi

CASNAWi (41) warga Blok Senin RT 02 RW 04, Desa Tegalaren, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka memperlihatkan daging yang tumbuh menjuntai ke bawah hingga kurang lebih 40 cm melebar di lengan kirinya serta benjolan-benjolan daging yang tumbuh di sekujur tubuhnya.*
CASNAWi (41) warga Blok Senin RT 02 RW 04, Desa Tegalaren, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka memperlihatkan daging yang tumbuh menjuntai ke bawah hingga kurang lebih 40 cm melebar di lengan kirinya serta benjolan-benjolan daging yang tumbuh di sekujur tubuhnya.*

MAJALENGKA,(PRLM).- Casnawi (41) anak pertama pasangan Narwin (60) dan Itris (60) warga Blok Senin RT 02 RW 04, Desa Tegalaren, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka mengalami kelainan bentuk tubuh. Di bagian lengan kiri hingga ke bagian ketiak tumbuh daging menjuntai ke bawah hingga sepanjang kurang lebih 40 cm. Ada beberapa bagian daging yang tumbuh cukup besar memajang ke bawah terutama di bagian lengan kiri. Selain itu di sekujur tubuh serta wajah tumbuh benjolan mulai sebesar kelereng hingga sebesar telur bebek. Yang tidak ditumbuhi benjolan hanya di bagian kepala yang ada rambutnya serta bagian bibir, karena di leher, telinga hingga wajah benjolan tampak cukup banyak hingga sulit menghitung berapa ratus benjolan yang muncul di badannya. Daging yang tumbuh di bagian belakang terdapat luka, katanya luka tersebut akibat gesekan baju yang terus menerus karena baju yang dipakainya kurang halus sehingga terus menggores kulit. Tidak jelas apa penyakit yang diderita Casnawi ini karena dia belum pernah berobat ke dokter, keluarganyapun belum pernah mengajaknya untuk berobat atau sekedar menanyakan penyakit yang dideritanya sejak kecil ke dokter terdekat sekalipun. Alasannya tidak memiliki biaya sementara mereka walapun hidup serba kekurangan tidak mendapatkan Jamkesmas atau saat ini BPJS. Menurut keterangan Casnawi serta ibunya Itris, penyakit daging tumbuh yang diderta Casnawi mulai dirasakan sejak masih duduk di bangu kelas V, Sekolah Dasar. Awalnya casnawi menderita penyakit gatal-gatal atau diistilahkan di kampungnya penyakit budug. Setelah itu di bagian lengan kirinya nampak merah memanjang yang lama kelamaan muncul benjolan di bagian wah lengan serta payudaranya. Lama kelamaan benjolan semakin membesar dan setelah bertahun-tahun seperti daging tumbuh memanjang ke bawah hingga puluhan centimeter dan melebar. Meski begitu keluarganya tidak berupaya mengobatinya dengan alasan tidak memiliki uang. Keseharian keluarga tersebut adalah menggembala domba milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Atau menjadi buruh mencangkul dengan upah Rp 50.000 perhari bila sedang musim garap lahan. Padahal bila penyakitnya sedang terasa menurut Casnawi tubuhnya lemas, mual dan terkadang meriang. “Kalau sedang kuli mencangkul dan kulit atau benjolan di paha terkena gagang cangkul itu terasa sakit dan mual, makanya belakangan ini sering berhenti bekerja,” ungkap Casnawi. Menurut adiknya Tarsini, saat ini kakanya sudah hampir sebulan menganggur karena penyakitnya terus terasa. Sehingga yang bekerja untuk mencari makan adalah orang tuanya dan adik bungsunya. “Kalau bapak menggembala domba ya adik saya yang buburuh nyangkul atau sebaliknya. Sekarang domba hasil maparon kini tinggal satu karena terus dijual untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup sehari-hari. Tidak setiap hari ada pekerjaan mencangkul sehingga banyak nganggur,” ungkap Tarsini. Sejak dulu dia mengaku sudah berulangkali mendatangi Kantor Desa, Kantor Kecamatan Ligung dan Puskesmas agar keluarganya bisa mendapatkan Jamkesmas agar kakanya bisa berobat secara gratis, namun tak kunjung terwujud. Sebulan yang lalu ada yang menyarankan untuk mendapatkan BPJB harus membayar sehingga dia berusaha untuk memprosesnya dan kini telah memiliki kartu tersebut dengan harapan kakanya bisa berobat ke RSHS Bandung. Untuk bekal berobat orang tuanya, Narwin, kini kembali harus menjual satu ekor domba yang masih tersisa seharga Rp 1.500.000. “Kami ingin kakak segera diobati karena BPJS sudah kami peroleh kemarin untuk empat orang seharganya Rp 105.000, rencananya kami akan diantar Pak Kuwu ke Bandung. Bapak sekarang sedang pergi menjual domba untuk bekal berobat nanti,” kata Tarsini. Kaur Kesra Desa Tegalaren Asep Soandi membenarkan Casnawi yang penah menjadi teman sekolahnya menderita kelainan di tubuhnya sejak kecil. “Saya baru beberapa bulan menjadi aparat desa sehingga tidak mengetahui persis kondisi Casnawi, karena dulu hanya benjolan di bebrapa bagian tubuhnya. Mudah-mudahan sekarang bisa diobati di Rumah Sakit Bandung,” ungkapnya.(Tati Purnawati-Kabar Cirebon/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat