kievskiy.org

Perpusda Kab. Cirebon Memotivasi Pengentasan Buta Aksara

PERPUSTAKAAN Daerah Kabupaten Cirebon memberikan kegiatan story telling untuk siswa PAUD dan sekolah dasar sebagai upaya menarik minat berkunjung ke perpustakaan. Jumlah kunjungan perpusda yang meningkat dinilai pun dapat mendongkrak budaya membaca terutama di kalangan pelajar.*
PERPUSTAKAAN Daerah Kabupaten Cirebon memberikan kegiatan story telling untuk siswa PAUD dan sekolah dasar sebagai upaya menarik minat berkunjung ke perpustakaan. Jumlah kunjungan perpusda yang meningkat dinilai pun dapat mendongkrak budaya membaca terutama di kalangan pelajar.*

SUMBER, (PRLM).- Kunjungan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Cirebon dinilai terus meningkat hingaa 2015 lalu. Hal tersebut dinilai dapat menjadi salah satu indikasi tercapainya budaya membaca, sekaligus pengentasan buta aksara. Pada akhir tahun lalu, tercatat sebanyak 23.000 kunjungan ke Perpusda yang melebihi target, yakni 17.000 kunjungan. Hal tersebut menjadi motivasi, terutama bagi pihak Perpusda dalam hal minat membaca dari para warga terutama anak usia sekolah. Kepala Seksi Sirkulasi dan Pengembangan Perpustakaan Daerah Kabupaten Cirebon, Harcan mengatakan, jumlah kunjungan yang melebihi target tersebut menunjukkan tingkat kesadaran membaca masyarakat yang mulai berubah. ”Setidaknya pelajar sekolah dasar atau menengah pertama sudah banyak berkunjung dan meminjam buku di sini,” ujar Harcan. Harcan menjelaskan, hingga saat ini siswa sekolah memang menjadi pengunjung paling tinggi setiap harinya. Selain kedatangan dalam rangka mengerjakan tugas, sejumlah siswa usia dini atau sekolah dasar pun datang sebagai bentuk kerjasama dengan perpusda. Kunjungan kerjasama tersebut turut menjadi cara perpusda untuk mengenalkan buku kepada anak-anak. Hal itu dikarenakan, pada akhirnya, perpustakaan pun dinilai sebagai sebuah kebutuhan sering diperlukannya perluasan ilmu pengetahuan. ”Tidak sekedar butuh saat mengerjakan tugas, dari perpustakaan, banyak buku dan ilmu yang bisa diakses. Semua kalangan bisa dan akan difasilitasi,” jelasnya. Harcan menilai, koleksi perpusda, yakni 45.000 buku dapat memenuhi kebutuhan buku masyarakat Kabupaten Cirebon. Koleksi mulai dari buku dongeng, sejarah Cirebon, novel hingga buku refenrensi perguruan tinggi pun dipersiapkan dan dapat diakses secara gratis mulai dari pendaftaran keanggotaan. Sejumlah cara digunakan perpusda bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon untuk menjaring minat membaca. Menyebarkan brosur promosi program membaca, perpustakaan keliling, sosialisasi dan pembinaan melalui sekolah, hingga imbauan langsung kepada orangtua murid pun gencar dilakukan. Terdapat pula kegiatan kunjungan siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) atau sekolah dasar pun difasilitasi dengan agenda story telling. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menciptakan ketertarikan anak terhadap buku dan perpustakaan. Anak usia dini pun dinilai perlu mendapatkan stimulus untuk mengembangkan minat membaca. ”Mereka (anak usia dini) sedang dalam masa golden age, tidak diharuskan mampu membaca, tapi setidaknya mereka mengenal huruf, dan punya ketertarikan dengan buku,” tuturnya. Hal tersebut diakui memerlukan upaya keras, sebab minat membaca yang minim pada akhirnya menjadi kendala bagi program pemerintah Kabupaten Cirebon, yakni menciptakan budaya membaca. Ditambah lagi pada 2015 lalu, tercatat 22.986 warga Kabupaten Cirebon yang buta aksara. Hasil tersebut membuat Kabupaten Cirebon menempati peringkat ketiga se-Jawa Barat dalam aspek melek aksara. ”Miris dengan perkembangan masyarakat buta aksara, padahal perpustakaan memfasilitasi secara lengkap di sini semua tersedia,” katanya. Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan, Sarno mengatakan, dinas pendidikan sedang melatih fasilitator untuk terjun langsung dalam rangka sosialisasi pentingnya membaca. Menurut Sarno, hal itu menjadi upaya untuk mendukung terciptanya budaya membaca yang perlu dimulai dari pendidikan dasar. Fasilitator yang dipilih pun merupakan mahasiswa, mereka yang lolos seleksi akan dikirim dan mendampingi guru-guru di 20 kecamatan. ”Mereka dilatih bagaimana mengenalkan buku berdasarkan tingkatan dan kebutuhan. Jenjangnya jelas, jadi anak pun tidak asal atau salah membaca,” jelas Sarno. Hal itu merupakan bagian dari program percepatan membaca, mengingat di Kabupaten Cirebon masih didapati kasus siswa sekolah dasar dan menengah pertama yang belum lancar membaca. Oleh karena itu, dengan program percepatan, diharapkan setidaknya anak-anak kelas 1 – 4 SD segera lancar membaca. Terlebih, perpusda pun mendukung dengan ketersediaan buku bacaan penunjang sesuai dengan tahapan yang harus dicapai oleh anak. Namun, Sarno tetap menganggap kesadaran membaca masyarakat mulai meningkat. Salah satunya ditandai dengan jumlah kunjungan yang terus bertambah per harinya. (Shofira Hanan/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat