kievskiy.org

Harga Gabah Anjlok, Petani Terancam Rugi Besar

PETANI di Kelurahanh Cicenang, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka sedang  merontokan gabah mereka saat panen. Harga gabah kering giling memasuki musim panen terus reosot Rp 400.000 per kuintal hingga Rp 420.000 per kuintal.*
PETANI di Kelurahanh Cicenang, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka sedang merontokan gabah mereka saat panen. Harga gabah kering giling memasuki musim panen terus reosot Rp 400.000 per kuintal hingga Rp 420.000 per kuintal.*

MAJALENGKA,(PR).- Harga gabah kering giling di wilayah Kabupaten Majalengka merosot tajam, penurunanya hingga mencapai Rp 220.000 per kuintal, atau hanya Rp 400.000 hingga Rp 420.000 per kuintal, harga jauh dibawah Harga Pokok Pembelian (HPP). Anjloknya harga gabah membuat sebagian petani semakin merugi karena hasil panen banyak yang gagal akibat diserang hama. Para petani berharap pemerintah bisa menaikan HPP agar petani bisa menikmati keuntungan. HPP tahjun 2015 sendiri berdasarkan Inpres no 5/2015 tanggal 17 Maret 2015: harga Gabah Kering Panen Rp 3.700 per kg di petani dan Rp 3.750 per kg di penggilingan, untuk Gabah kering Giling Rp 4.600 per kg di petani, dan Rp 4.650, per kg di Gudang Bulog serta Beras Rp 7.300 per kg di gudang Bulog. Menurut keterangan sejumlah petani merosotnya harga gabah kering giling mulai terjadi begitu memasuki musim panen sekitar tiga minggu yang lalu, hari harga semula sebesar Rp 620.000 per kuintal kini hanya mencapai Rp 400.000 per kuintal, jauh dibawah HPP tahun 2015 yang mencapai 4.600 per kg. Padahal kini di Kabupaten Majalengka muncak musim panen belum berlangsung karena sebagian besar areal sawah kondisi tanamannya belum bisa dipanen masih dua minggu kedepan. “Pada puncak musim panen harga gabah di kami kemungkinan mencapai Rp 3.000 per kg bahkan mungkin dibawah,” ungkap Jahri warga Jatitujuh. Anjloknya harga gabah di tingkat petani ini menurut Miskam petani lainnya semakin memperparah kerugian petani, karena pada panen kali ini banyak yang areal sawah mengalami gagal panen akibat serangan hama patah leher. Dari luas 1 hektare sawah ada yang hanya bisa dipanen sekitar 3 ton saja, padahal normalnya bila kondisi tanaman tidak diserang hama dari luas 1 ha bisa diperoleh gabah hingga mencapai 5,5 tonahingga 6 ton. “Dengan semakin anjloknya harga gabah kering giling ini semakin merugikan para petani, biaya produksi tidak seimbang lagi dengan hasil panen,” kata Miskam. Pada saat tanam banyak petani yang terpaksa melakukan tanam hingga dua kali karena sawah banyak yang kering namun dipaksa ditanami akibatnya waktu tanam lama karena harus mengangkut air untuk menyiram, belum lagi upah yang mahal karena buruh enggan diajak tanam dengan alasan sulit karena sawah tidka berair. Pada musim tanam tahun ini semua upah mengalami kenaikan, biaya traktor sawah yangs emula hanya Rp 200.000 per 100 bata atau Rp 1.400.000 per ha, naik menjadi Rp 250.000 per 100 bata, upah mencangkul juga naik menjadi Rp 80.000 per setengah hari, dan upat tanam (sunda:tandur) setengah hari mencapai Rp 50.000. Upah sebesar itu belum termasuk air kopi dan makanan ringan serta rokok bagi buruh laki-laki. “Hanya harga pupuk yang tidak mengalami kenaikan tetap Rp 220.000 per kw untuk dua jenis urea dan ponska atau TS, makanya bila harga gabah terus merosot patani akan rugi,” ujar Opik petani di Desa Babadjurang, Kecamatan Jatitujuh. Kini para petani berharap agar pemerintah segera menaikan Harga Pokok Pembelian, minimal Rp 5.500 per kg, bila HPP naik maka petani tidak akan terlalu merugi.(Tati Purnawai-Kabar Cirebon/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat