kievskiy.org

Empat Kecamatan di Majalengka Kembangkan Produksi Gula Aren

MAJALENGKA,(PR).- Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Majalengka kembangkan gula aren untuk memenuhi kebutuhan pasar yang selama ini tidak terpenuhi karena produksi yang kurang dan bentuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Di Kabupaten Majalengka sendiri ada tiga jenis gula aren yang diproduksi petani di empat daerah, yakni Kecamatan Lemahsugih, Maja, Majalengka dan Kecamatan Banjaran yang masing-masing rasanya berbeda. Menurut keterangan Kepala Bidang Perindustrian di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Majalengka Asep Iwan Haryawan, produksi gula aren di Kabupaten Majalengka setiap harinya mencapai kurang lebih 9 kuintal dengan jumlah perajin sebanyak 179 orang yang tersebar di empat kecamatan. Hanya saat ini produksi gula yang dilakukan perajin kesemuanya masih tradisional, mereka masih mencetak gula dalam bentuk bundar berdiameter 10 cm hingga 15 cm atau diistilahkanperajin ganduan. Gula dikemas dengan menggunakan kulit pisang yang sudah kering, setiap bungkus berisi 10 gandu atau menurut warga sabonjor. “Gula merah tersebut selama ini dijual dalam bentuk bonjor ke pasar tradisional atau kepada konsumen yang datang langsung ke perajin. Harganya tentu sangat murah satu bonjor berisi lebih dari 5 km ada yang masih dijual seharga Rp 100.000,” ungkap Asep. Menurutnya pangsa pasar gula aren bila sudah diolah menjadi gula semut ataupun gula berbentuk butiran kecil untuk forsi satu gelas minum cukup tinggi, bahkan mungkin kebutuhan pasar tidak akan terpenuhi. Makanya saat ini menurut Asep pihaknya sedang berupaya mengemas gula aren dalam bentuk butiran dengan menggunakan teknologi tepat guna. Sebagai bahan uji coba kini sedang dilakukan di wilayah Kecamatan Lemahssugih. “Sekarang ada belasan perajin yang diuji coba, mereka kami berikan pelatihan dan kami bimbing mulai dari pengolahan, pencetakan hingga kemasan hingga penampilannya menarik dan memiliki nilai jual lebih,” kata Asep. Karena sementara ini pengolahan gula aren masih kurang higienis, semisal penyaringan dari nira ke penggodokan, saat digodok busa yang muncul juga harus dibuang agar tidak ada rongga saat gula sudah dicetak. Setelah jadi gula dikemas dalam kemasan yang menarik bagi konsumen. Gula aren asal Majalengka sendiri setelah diteliti rasanya sangat berbeda, gula aren asal Lemahsugih manisnya lebih tinggi dibanding gula asal Banjaran atau Maja, demikian juga hula asal Maja dengan Majalengka. Sehingga ukuran gula yang sama bila dimasukan kedalam air yang sama rasa manisnya berbeda. Perbedaan rasa ini diduga akibat pengaruh suhu udara, Lemahsugih lebih dingin sementara Majalengka panas.*** “Gula yang diproduksi nanti, kami yakin bakal banyak peminat. Sekarang permintaanya sangat tinggi,” tutur Asep.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat