kievskiy.org

Penjualan Genteng Anjlok, Pekerja Terpaksa Dirumahkan

MAJALENGKA,(PR).- Sejumlah pengusaha genteng di Majalengka mengeluhkan anjloknya penjualan genteng hingga sekitar 60 persenan sejak dua tahun belakangan ini. para pekerja pun seringkali dirumahkan untuk mengurangi beban biaya. Utntuk menaikan omzet penjualan para pengusaha telah berupaya menurunkan harga hingga 20 persen untuk semua jenis genteng, namun hal itu ternyata tidak membuahkan hasil apa pun, pemasaran tetap lesu. Akibat hal tersebut banyak pengusaha yang menurunkan produksinya serta mengurangi tenaga kerja, yang dampaknya ribuan buruh pabrik sering menganggur. Kini di sejumlah pabrik, genteng menumpuk akibat tidak terjual. Menurut keterangan sejumlah pengusaha genteng, lesunya penjualan genteng diduga karena banyaknya konsumen perumahan dan proyek pemerintah yang beralih ke genteng beton serta alumunium. Selain itu pengusaha jasa konstruksi yang berherak dibidang bangunan lebih memilih genteng kereweng (BS) yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan genteng super. Sebuah perusahaan genteng di Desa Pinagraja, Kecamatan Jatiwangi misalnya menurut keterangan Uting (62) perusahaannya kini menurunkan produksinya hingga 40.000 buah genteng per per hari, yang biasanya memproduksi hingga 50.000 genteng kini hanya 10.000 genteng saja per hari dengan mesin cetak sebanyak 16 buah. “Karena pemasaran lesu sekarang pabrik hanya tiga hari operasi dalam seminggu, tiga hari lagi diliburkan plus hari minggu, karena kalau dipaksakan kerja kami rugi, pasar tidak ada sementara biaya produksi terus keluar,” ungkap Uting. Hal senada disampaikan buruh pabrik genteng, Abdul dan Endang ditemui di tempat kerjanya. Di pabrik tempatnya bekerja ada 24 mesin pres dengan 200 lebih pekerja. Namun semua pekerja hanya tiga hari bekerja dalam seminggu sehingga buruh lebih banyak menganggur. Sejumlah kendaraan bak terbuka pengangkut bahan baku dan kayu bakar serta angkutan buruh pabrik diparkir di areal pabrik. “Istilah kami mah pemasaran teh ngemblek (susah laku) mangkana kenteng narumpuk wae teh. Di Majalengka na wae marake kenteng alumunium jeung beton,” kata Abdul. Menurut pengusaha genteng, pasar yang masih tinggi tinggal ke wilayah Cianjur dan Jawa Timur. Konsumen di Kabupaten Majalengka sendiri kini lesu karena banyak pemilik perumahan yang menggunakan genteng alumunium serta beton untuk mengimbangi atap baja ringan. Untuk menaikan tiras pemasaran, para pengusaha genteng kini telah berupaya menurunkan harga hingga Rp 300 per buah. Pada tahun lalu harga genteng palentong telah mencapai Rp 1.500 per buah, kini hanya Rp 1.200 hingga Rp 1.300 saja per buah. “Sekarang yang terpenting biaya produksi terpenuhi dan kami punya laba sedikit, namun dengan diturunkannya hargapun ternyata tetap kurang laku, akibatnya genteng di setiap pabrik menumpuk. Denga harga sebesar itu laba sangat tipis karena kayu bakar naik dari, harga tanah untuk bahan baku juga naik dari Rp 180.000 per dum truk kini menjadi Rp 225.000 per dum truk, beruntung kami ditolong harga solar yang turun,” kata Neni. Selain banyaknya konsumen yang beralih ke genteng beton dan alumunium, sejumlah perumahan kini banyak yang menggunakan genteng kereweng atau apkiran. Genteng-genteng sortiran yang mengelami retak-retak atau cacat serta kurang matang saat dipembakaran dari seluruh pabrik dibeli oleh pengusaha seharga Rp 400 untuk palentong dan Rp 800 untuk jenis morando. Genteng-genteng tersebut diperbaiki kembali dengan cara didempul menggunakan semen dan perekat serta cat sesuai warna genteng atau diistilahkan warga Jatiwangi “kenteng polet”, sehingga hasilnya genteng nampak mulus. Setelah dipoles hargapun naik menjadi Rp 700 untuk palentong dan Rp 1.200 hingga Rp 1.300 per buah untuk genteng morando. Di Jatiwangi ini banyak yang mendaur genteng kereweng untuk dijual kesejumlah tempat. Konsumen genteng seperti ini justru banyak terutama pengusaha perumahan di sejumlah daerah seperti Tasikmalaya, Jawa Tengah bahkan di Majalengka sendiri. Namun konom menurut para pekerja “kenteng polet” ini tetap kuat, meskpun tidak sebaik genteng super yang dijual langsung oleh pabrik. Kepala Bidang Perindustrian di Dinas Perinsustrian dan Perdagangan Kabupaten Majalengka Asep Iwan Haryawan yang juga pengusaha genteng Jatiwangi membenarkan adanya genteng polet dan turunnya produksi genteng tersebut. “Sekarang persaiangan usahanya cukup ketat, sehingga dampaknya pasar kurang,” ungkap Asep.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat