kievskiy.org

Pemerintah Masih Sulit Tekan Mafia Perdagangan Manusia

CIANJUR, (PR).- Tingginya kasus perdagangan manusia (human trafficking) yang menimpa anak dan perempuan di Kabupaten Cianjur masih sulit ditangani. Pemerintah Kabupaten Cianjur melalui Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur mengakui, banyaknya jaringan mafia di Cianjur membuat pemerintah kesulitan menekan angka perdagangan manusia. P2TP2A Kabupaten Cianjur mencatat, tiap tahunnya selalu ada warga Cianjur yang menjadi korban trafficking. Hingga Mei 2016, tercatat 5 dari 52 kasus kekerasan anak dan perempuan adalah kasus trafficking. Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus dalam dua tahun terakhir, Kepala Bidang Kepala Advokasi P2TP2A Kabupaten Cianjur, Lidya Indayani Umar mengatakan, korban trafficking di Cianjur masih ada. Gencarnya sosialisasi yang dilakukan tak mampu menekan secara signifikan modus kejahatan perdagangan manusia. Berdasarkan data P2TP2A jumlah kasus trafficking pada tahun 2014 dan 2015 terdapat 30 kasus. Sasaran korban perdagangan pada usia 0-25 tahun dengan mayoritas pendidikan hanya di tingkat sekolah dasar. “Tahun 2014, ada 18 kasus, pada 2015 turun menjadi 12 kasus. Semua korbannya adalah perempuan dengan latar pendidikan tingkat SD. Minimnya pengetahuan jadi salah satu faktor korban trafficking selalu ada dari Cianjur,” ujarnya, kepada "PR, Senin 20 Juni 2016. Lidya mengatakan, angka trafficking di Cianjur cukup tinggi. Hal ini disebabkan, masih banyaknya jaringan mafia yang beredar dengan modus menawarkan pekerjaan. Jaringan ini, lanjut dia, sudah tersistem dan tersebar di seluruh wilayah Cianjur. Akibatnya, pemerintah kesulitan memutus mata rantai perdagangan manusia di Cianjur. "Dari analisa kami, otak/dalangnya pasti satu. Tetapi kaki tangannya tersebar di semua wilayah. Itu yang membuat kami kesulitan untuk melacak dan mengungkap jaringan trafficking," kata dia. Tingginya kasus trafficking, ucapnya, menyebabkan individu tersebut rentan terkena HIV/AIDS. Berdasarkan pendataan yang dilakukan, korban trafficking mayoritas diperkerjakan sebagai pekerja seks komersial. "Mereka dijual untuk dijadikan penjaja seks. Otomatis, perilaku seksnya yang terus berganti menyebabkan mereka rentan terkena HIV/AIDS," tuturnya. Saat ini kata Lidya, terdapat tiga korban trafficking yang terjangkit HIV-AIDS. Selain penyakit, tekanan mental pun mendera tiap korban. Korban banyak yang putus asa dan frustrasi berat akibat kejadian yang dialaminya," ujarnya. P2TP2A, kata Lidya, saat ini belum mampu mengatasi tingginya kasus trafficking. Di sisi lain, pihak tetap fokus memberikan pembinaan khusus dan motivasi kepada para korban. "Motivasi sangat diperlukan agar mereka mau bertahan dalam menjalani hidup. Tetapi kami juga tak akan menyerah memberantas dan melacak jaringan trafficking di Cianjur agar korban bisa bebas," ucap dia. Sementara itu, Asisten Daerah (Asda) 1 Setda Cianjur, Dwi Ambar W pernah mengungkapkan, maraknya kasus trafficking di Cianjur jadi bahan evaluasi untuk Pemkab Cianjur agar bisa menekan angka perdagangan manusia di Cianjur. Selama ini, dia mengakui sudah melakukan langkah antisipasi melalui sosialisasi dan penyuluhan yang melibatkan semua perangkat masyarakat. Munculnya kasus trafficking di Cianjur tiap tahun, menunjukkan masih kurang optimalnya kinerja pemerintah.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat