kievskiy.org

Baru 45% Warga Cianjur yang Konsumsi Makanan Bergizi

SEORANG anak diukur tinggi badannya oleh petugas dari Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Cianjur, Gedung Bale Rancage, Jalan Siliwangi, Selasa 26 Juli 2016, untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) dan konsumsi gizi seseorang. Persagi mencatat, baru 45 persen warga Cianjur mengonsumsi makanan bergizi.*
SEORANG anak diukur tinggi badannya oleh petugas dari Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Cianjur, Gedung Bale Rancage, Jalan Siliwangi, Selasa 26 Juli 2016, untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) dan konsumsi gizi seseorang. Persagi mencatat, baru 45 persen warga Cianjur mengonsumsi makanan bergizi.*

CIANJUR, (PR).- Kasus gizi buruk yang terjadi di Cianjur masih tinggi. Rendahnya tingkat konsumsi makanan bergizi di Kabupaten Cianjur berisiko meningkatnya kasus gizi buruk pada anak. Berdasarkan data yang dihimpun Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Kabupaten Cianjur, baru 45 persen warga Cianjur yang mengonsumsi makanan bergizi. Ketua Persagi Kabupaten Cianjur Cucup Hasan menyatakan, konsumsi makanan bergizi di Cianjur belum merata. Mereka menemukan sedikitnya ada tiga kendala yang menyebabkan hal itu. Pertama pemahaman masyarakat yang salah tentang makanan bergizi untuk tubuh. Berikutnya adalah kurangnya promosi dan tenaga gizi untuk mengenalkan bahan pangan bergizi tinggi kepada masyarakat. Selanjutnya, kesadaran masyarakat yang masih rendah dan cenderung tidak acuh terhadap asupan gizi bagi tubuh. Menurut Cucup, bahan pangan lokal lebih baik dikonsumsi bagi tubuh ketimbang makanan instan. Padahal bahan lokal mudah dikonsumsi dan didapat. Bahkan warga pun bisa menanam sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Selama ini asumsi masyarakat, makanan yang bergizi itu mahal. Padahal, bahan pokok lokal yang murah dan terjangkau, kandungan gizinya baik untuk tubuh,” ucap dia saat ditemui di Pameran Pangan Lokal dan Lomba Cipta Menu Kabupaten Cianjur, Gedung Bale Rancage, Jalan Siliwangi, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Selasa 26 Juli 2016. Ia mengakui, hambatan tak hanya dari masyarakat. Kurangnya tenaga ahli gizi yang di tiap pelayanan kesehatan masyarakat (yankesmas) pun jadi kendala rendahnya konsumsi makanan bergizi. "Untuk mengenalkan bahan pangan lokal sebagai asupan gizi itu sulit, jumlah kami terbatas hanya beranggotakan 33 kader dan disebar di seluruh Puskesmas di Cianjur. kurangnya tenaga ahli, membuat kami cukup kesulitan untuk mengedukasi warga," tuturnya. Kendala yang ada, membuat kesadaran masyarakat tentang makanan yang bergizi pun tergolong rendah. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Persagi Kabupaten Cianjur, persentase konsumsi makanan bergizi baru 45 persen. Padahal sumber daya alam di Cianjur banyak dan mudah didapat. Kurangnya asupan makanan bergizi, kata dia, berisiko meningkatnya kasus gizi buruk pada anak. Kasus gizi buruk yang terjadi di Cianjur masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun, pada tahun 2014, setidaknya 205 kasus penderita gizi buruk ditemukan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat