kievskiy.org

Masyarakat Berebut Tumpeng Babarit

JAM-jam akhir hari bebas kendaraan di Jalan Siliwangi, Kabupaten Kuningan Minggu, 28 Agustus 2016 sekitar pukul 9.00 diwarnai suka cita ratusan masyarakat. Ketika itu ratusan masyarakat yang sedang menikmati suasana car free day (hari bebas kendaraan) serentak beramai-ramai memburu serta rebutan nasi kuning dari deretan puluhan tumpeng naswi kuning yang sejak pagi dipajang berderet di kanan kiri tepi ruas jalan Siliwangi depan kantor Bupati Kuningan. Puluhan tumpeng itu disajikan sebagai pelengkap acara tradisi babarit yang digelar Panitia Hari Besar Nasional Kabupaten Kuningan dalam rangka menyambut hari jadi Kuningan ke-518 tahun, tanggal 1 September 2016. Beberapa saat sebelumnya, di antara mereka banyak juga yang turut menari berbaur dengan puluhan pejabat beserta istri mengikuti irama musik tradisional tayuban pengiring lantunan lagu rayak-rayak. Bahkan, Bupati Kuningan Acep Purnama beserta istrinya Ika Siti Rahmatika, ketika itu juga sempat larut asik menari mengikuti irama musik tayuban pengiring lagu tersebut. Penampilan tradisi babarit dalam momentum hari jadi Kuningan, merupakan yang kelima kalinya. Prosesi tradisi babarit tersebut, ditampilkan layaknya prosesi babarit yang hingga saat ini masih terpelihara lestari biasa digelar oleh masyarakat di desa-desa di sejumlah kecamatan di daerah tersebut. Prosesi babarit di depan kantor Bupati Kuningan yang sudah digelar rutin pada setiap momentum perayaan hari jadi Kuningan hampir sama dengan yang biasa digelar masyarakat di sejumlah pedesaan. Diawali do'a bersama, disusul pelantunan lagu-lagu sunda buhun (lawas) khas babarit dilantunkan juru kawih (sinden) diiringi musik tayuban diikuti tarian para perempuan cantik. Musik tayuban itu berupa kolaborasi alat musik tradisional seperti kendang, goong, gambang, rebab, saron penerus, dan bonang. Lagu-lagu lawas khas babarit di Kuningan, ada lima judul yang dilantukan secaar berurutan diiringi musik tayuban. Dimulai lantunan lagu berjudul siang kembang, disusul lagu boled bopeng, tunggul kawung, goyong-goyong, dan diakhiri lagu berjudul raja pulang. Di luar "lagu wajib" babait tersebut, pada acara babarit tersebut diwarnai dua lagu sunda lawas tambahan. Satu lagu tambahan pertama diiringi tarian kelompok penari remaja putri. Kemudian disusul lagu rayak-rayak, diikuti tarian puluhan pejabat berbaur dengan masyarakat, lalu ditutup dengan pesta pora masyarakat beramai-ramai memburu dan mengambil nasi kuning dari deretan tumpeng sajian pelengkap acara babarit tersebut. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan Teddy Suminar, tradisi babarit di Kuningan merupakan acara syukuran dan sekaligus pesta masyarakat agraris. Ada yang digelar pada masa-masa tanaman padi musim tanam terakhir menjelang panen atau setelah panen raya di bulan Sura dan Muharam antara bulan September dan Oktober. Sementara itu, Bupati Kuningan Acep Purnama, seusai mengikuti acara babarit tersebut menyebutkan, tradisi babarit di Kuningan tidak hanya rutin digelar di tingkat kabupaten dalam momentum peringatan hari jadi Kuningan. Namun, selama ini tradisi itu juga masih terpelihara lestari dan rutin dilaksanakan masyarakat di sejumlah pedesaan di Kabupaten Kuningan. "Tradisi babarit ini esensinya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas limpahan keberkahan yang telah diraih. Seperti Kabupaten Kuningan yang sekarang sudah lebih maju, dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa, dan kami juga sepakat kekayaan alam itu akan kami pertahankan, kami lestarikan, kami pelihara agar bisa bermanfaat untuk anak cucu kita," kata Acep Purnama.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat