kievskiy.org

Gas Melon Langka di Subang

SEORANG warga sedang memeriksa gas 3 kilogram yang digunakannya. Dan warga tengah membeli gas dalam pasar murah menjelang Idulfitri lalu di Kantor Pemkab Subang. Kini warga dihadapkan pada kesulitan mendapatkan gas dan mahalnya harga. Kondisinya makin parah seminggu menjelang Iduladha.*
SEORANG warga sedang memeriksa gas 3 kilogram yang digunakannya. Dan warga tengah membeli gas dalam pasar murah menjelang Idulfitri lalu di Kantor Pemkab Subang. Kini warga dihadapkan pada kesulitan mendapatkan gas dan mahalnya harga. Kondisinya makin parah seminggu menjelang Iduladha.*

SUBANG, (PR).- Selain sulit didapat, harga eceran gas LPG tabung 3 kilogram (biasa disebut tabung gas melon) juga naik bervariasi, sehingg tak ada kepastian harga. Umum di pedagang eceran dalam sepekan terakhir dijual antara Rp 22.000 hingga Rp 24.000 per tabung. Kondisi tersebut membuat kelabakan warga yang biasa menggunakannya. Mereka sering kali harus keliling mencari dulu akibat di warung terdekat langganannya kosong. "Kejadian seperti ini sudah lebih satu bulan, kadang ada kadang susah. Paling parah seminggu terakhir sebelum Iduladha, tambah susah dan harganya juga makin kacau. Saya harus keliling dulu, bisa dapat di warung yang jauh dan harganya juga lebih mahal," ujar Darsim warga Sukamelang Kecamatan/Kabupaten Subang, Senin 12 September 2016. Dia mengungkapkan, sebulan lalu sudah mulai susah mendapatkan gas LPG 3 kilogram, tetapi waktu itu masih bisa diperoleh di warung lain yang dekat. Harga pun masih relatif stabil Rp 20.000 per tabung. Namun tambah parah seminggu sebelum Idul Adha, dan harga juga semakin tak menentu berbeda-beda. "Pas nyari ada yang nawarin sampai Rp 25 ribu, saya tak jadi beli soalnya mahal. Saya keliling lagi dan baru beli pas ada yang jual harganya Rp 22 ribu, tapi itupun lokasi jauh," katanya. Nanang warga Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, mengatakan ditempatnya gas 3 kilogram mulai susah didapatkan sejak dua pekan terakhir. Kini harus mencari. hingga lintas perbatasan kecamatan, itu pun dengan harga lebih mahal. "Saya beli harganya Rp 24 ribu per tabung, Itupun belinya di pengecer yang berada di desa tetangga. Padahal biasanya kalau di toko langganan paling mahal Rp 20.000," katanya. Rasmanah, warga Pagaden Barat, karena selalu kesusahan mencari gas di pangkalan dan pengecer. Apabila ada harganya menjadi lebih mahal. Kondisi itu membuat kebutuhan memasak menjadi lebih sering menggunakan kayu bakar. "Di rumah selain kompor gas ada tungku kayu bakar. Kalau gas ada masak pakai gas, kalau pas tak kebagian ya terpaksa pakai kayu bakar. Akhir-akhir jadi sering masak pakai kayu bakar soalnya gas sering tak kebagian," ujarnya. Lilis, pemilik pangkalan gas di Desa Dawuan Kaler, mengatakan kalau ada kiriman, hanya dalam hitungan menit gas sudah habis. "Kami menjualnya khusus buat langganan warga di lingkungan dan para pedagang kaki lima, kalau yang datang dari jauh tak diberi. Soalnya buat warga sini juga sering kewalahan," ujarnya. Lilis mengaku hanya diberi jatah 50 tabung. Kemudian menjualnya sesuai dengan HET yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati Subang Nomor 24/2014. "Idealnya sih kalau lihat kebutuhan warga harusnya sekali kirim 100 tabung, supaya bisa mencukupi layanan di lingkungan sekitar," ujarnya. Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Kabupaten Subang, Hery Pratikto, mengaku bingung dengan kelangkaan gas tersebut. Sebab pasokan gas dari setiap agen ke pangkalan selalu tepat waktu. "Kami sudah menerjunkan tim untuk mengetahui penyebab dari kelangkaan gas tersebut," ujar Hery. Dia mengungkapkan pasokan gas dari Pertamina buat warga di Subang kurang dari 1 juta tabung. Selama masa liburan akhir pekan dan Iduladha, Pertamina telah memberikan jatah fakultatif sesuai dengan jatah reguler. "Setiap agen dapat jatah fakultatif satu kali jatah reguler dan disalurkan sejak Sabtu, Ahad, dan Senin (10, 11, dan 12 September 2016), totalnya 96.333 tabung," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat