kievskiy.org

Warga Indramayu Rawan Kekurangan Gizi

SEORANG anak bermain sendiri di Pantai Balongan Indah Kabupaten Indramayu beberapa waktu lalu. Kurangnya perhatian orangtua di Indramayu menambah risiko anak kekurangan gizi.*
SEORANG anak bermain sendiri di Pantai Balongan Indah Kabupaten Indramayu beberapa waktu lalu. Kurangnya perhatian orangtua di Indramayu menambah risiko anak kekurangan gizi.*

INDRAMAYU, (PR).- Masyarakat Kabupaten Indramayu berisiko kekurangan gizi. Badan Ketahanan Pangan setempat beralasan, jenis pangan yang konsumsi masyarakat kurang beragam sesuai standar skor pada Pola Pangan Harapan (PPH) nasional. Menurut data 2015, Kepala Subbidang Kerawanan dan Distribusi Pangan Imam Mahdi mengungkapkan skor PPH Kabupaten Indramayu sudah mencapai 90,2. Dari skor tersebut, ia menyebut jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat adalah makanan mengandung karbohidrat yakni nasi. "Skor PPH Indramayu secara keseluruhan itu sudah bagus. Hanya masih ada kekurangan konsumsi masyarakat seperti umbi-umbian, protein hewani dan nabati. Masyarakat lebih banyak makan nasi ketimbang makanan lainnya," kata Imam, Kamis 15 September 2016. Skor ideal konsumsi karbohidrat menurutnya adalah 25,5 sedangkan Indramayu skornya 33,5. Dari data milik Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Indramayu, diketahui tingkat konsumsi umbi-umbian masyarakat baru mencapai skor 0,2 dari yang seharusnya 2,5. Masyarakat juga masih kekurangan asupan gizi dari jenis buah biji berminyak seperti kepala dan kemiri dengan skor 0,3 dari seharusnya berskor 1. Imam lanjutkan, konsumsi pangan hewani daerahnya saat ini mendapat skor 19 dari skor ideal minimal 24. Konsumsi gula masih dalam skor 1,7 dari idealnya 2,5. Sedangkan jenis buah dan sayuran yang mengandung mineral dan sebagainya tercatat memiliki skor 30 dari skor seharusnya sebanyak 31,2. Selain makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, Imam mengatakan masyarakat Kabupaten Indramayu juga kelebihan mengonsumsi makanan berminyak dan lemak dengan skor 6 dari seharusnya 5. “Dari skor PPH itu bisa disimpulkan bahwa masyarakat Kabupaten Indramayu rentan atau beresiko kekurangan gizi,” katanya menegaskan. Kondisi tersebut diakui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Dedi Rohendi. Ia menyebutkan, jumlah warga yang tercatat kekurangan gizi mencapai lebih dari 1.000 orang. Sebagian besar warga tersebut adalah balita dan kanak-kanak. “Hal itu disebabkan oleh prilaku orang tua yang kurang peka terhadap kebutuhan gizi anaknya,” katanya. Meski terdapat banyak warga yang kekurangan gizi, Dedi meyakinkan jumlah penderita gizi buruk di daerahnya terus menurun. Data terakhir yang ia ketahui, kasus gizi buruk sepanjang 2016 mencapai 19 orang. Ia mengaku sudah mengatasi seluruh masalah berkaitan dengan kasus gizi buruk di daerahnya. Ia menjelaskan kasus gizi buruk di daerahnya disebabkan oleh penyakit, bukan kekurangan makanan. “Jumlah gizi buruk terbilang membahayakan kalau dalam satu daerah terdapat satu persen warga yang menderita gizi buruk. Kalau di Indramayu satu persen itu berarti ada sekitar 400 orang,” kata Dedi menambahkan. Menurut survei Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Indramayu pada 2013-2014, terdapat sebanyak 16.537 anak yang dianggap terlantar. Kelompok tersebut diakui paling rentan mengalami kekurangan gizi karena kurang mendapatkan perhatian dari orang tua dan masyarakat sekitarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat