kievskiy.org

Muka Citarum Meninggi, BPBD Cianjur Tetapkan Siaga I Banjir Bandang

CIANJUR, (PR).- Debit air Sungai Citarum semakin tinggi semenjak pintu spillway nomor 3 Waduk Saguling dibuka sejak Kamis, 10 November 2016. Sebanyak 21 kepala keluarga (KK) atau 83 jiwa terancam dan saat ini diungsikan ke tenda darurat pada malam hari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur menetapkan siaga satu banjir bandang. Berdasarkan informasi yang "PR" himpun di Kampung Bantarcaringin, Desa Cihea, Haurwangi, volume air sungai semakin besar. Air sungai terus menerus menggerus bantaran sungai dan membuat satu rumah rusak dan satu tiang listrik tergerus dan terbawa arus sungai. Saat ini, BPBD Cianjur telah mengungsikan 21 KK atau 83 jiwa warga Kampung Bantarcaringin yang terancam. Warga yang terancam, pada malam hari tidak diizinkan mendekati lokasi atau rumahnya dan sementara waktu tinggal di tenda darurat yang dididirikan BPBD Cianjur. Tenda tersebut berjarak 1 kilometer dari pemukiman warga dan dirasa aman untuk dijadikan tempat pengungsian. Demikian disampaikan Komandan Lapangan BPBD Cianjur, Herman saat ditemui di lokasi. Herman menuturkan, keputusan mengungsikan 21 KK tersebut mengingat abrasi karena luapan air sungai semakin melebar dan mengancam warga. Bahkan BPBD telah menetapkan status siaga I banjir melihat kondisi Sungai Citarum yang debitnya terus bertambah dan semakin tinggi. Pendirian tenda darurat bagi 21 KK, kata Herman, sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dimana 21 KK tersebut terancam keselamatannya dan BPBD wajib mengungsikan sementara warga hingga kondisi sungai stabil. "Kami sudah siapkan segala kondisi dan kemungkinan yang terjadi. Bahkan hingga kondisi yang terburuk (banjir bandang) kami siap," tutur Herman. Dia menyatakan, warga diminta mengungsi pada malam hari. Sebab saat malam hari, selalu terjadi kenaikan debit air. Dikhwatirkan jika warga tetap bertahan, tak hanya rumah yang rusak, tetapi jatuh korban jiwa. "Warga mengungsi saat malam hari, karena debit air naik biasanya malam hari. Sedangkan dari pagi hingga siang, warga beraktivitas seperti biasa. Mereka masih bisa untuk kembali ke rumahnya. Jelang malam hari, baru mengungsi ke tenda darurat," ucapnya. Herman mengungkapkan, BPBD pun bersiaga di Kampung Bantarkalong. Sebab kampung tersebut termasuk wilayah yang terancam terkena banjir. Data BPBD menyebutkan, sedikitnya 500 jiwa di Kampung Bantarkalong dan 1.300 jiwa warga Kampung Bantarcaringin terancam. Salah satu warga yang diungsikn adalah Lalan (55). Dia diungsikan bersama istrinya, Dewi Rusmini (30) dan ketiga anaknya, yaitu Euis (16), Nisrina (8), dan Janat Syarigah (4). Keluarga tersebut diungsikan sejak Sabtu (12/11/2016). Rumah Lalan rusak tergerus air sungai dan saat ini sudah dipasangi garis polisi agar Lalan maupun warga lain tak mendekati area. Selain mengancam rumah warga, ucap Herman, sebuah pondok pesantren dan sekolah pun terancam karena tepat berada di bantaran Sungai Citarum. Sementara itu, Lalan pemilik rumah yang rusak tergerus air sungai menyatakan, dirinya beserta keluarga terpaksa mengosongkan rumah karena bagian tembok atau pondasi sebelah kiri rumahnya ambruk dan hilang karena terjangan air sungai. Warga lain, Imas (39) mengaku tak memiliki pilihan lain selain mengungsi. Rumahnya yang berdiri tepat di bantaran sungai, saat ini terancam rusak dan hanyut karena abrasi air sungai. Tak hanya itu, kondisi Sungai Citarum pun tidak stabil, melihat debit air yang terus naik tiap harinya. Imas berharap, agar pintu air segera ditutup agar warga bisa kembali ke rumahnya dan tak merasa terancam. "Airnya naik terus, enggak tahu sampai kapan ini ngungsinya," tutur dia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat