kievskiy.org

Musim Hujan, Warga Justru Kesulitan Air Bersih

ANAK-ANAK di Desa Karyajaya, Garut mandi di sungai yang keruh. Pada musim hujan, warga Desa Karyajaya justru kesulitan mendapatkan air bersih.*
ANAK-ANAK di Desa Karyajaya, Garut mandi di sungai yang keruh. Pada musim hujan, warga Desa Karyajaya justru kesulitan mendapatkan air bersih.*

GARUT, (PR).- Saat musim hujan, warga Desa Karyajaya, Kecamatan Bayongbong, Garut malah kesulitan mendapatkan air bersih. Warga pun terpaksa menggunakan air kotor untuk kebutuhan sehari-hari. Warga Kampung Harempoy, Desa Karyajaya mengandalkan air Sungai Cikahuripan untuk kebutuhan sehari-hari. Namun saat musim hujan, air sungai keruh karena bercampur lumpur. Kondisi itu berbeda dengan musim kemarau saat air sungai jernih. Walaupun sekarang air sungai keruh, warga tetap menggunakannya untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci piring, dan kebutuhan lainnya. Air yang digunakan untuk buang air dan mandi berada dalam satu jalur. Warga Kampung Harempoy terpaksa menggunakan air sungai karena tak memiliki banyak alternatif sumber air bersih. Hanya ada satu sumber air bersih dari tanah, itu pun debitnya kecil karena tidak menggunakan bantuan mesin pompa air. Padahal, ada sekitar 200 kepala keluarga yang membutuhkan air bersih. Oleh karena itu, air bersih hanya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan minum. Didi (50), ketua RT 3, RW 2 Kampung Harempoy adalah salah satu warga yang terpaksa menggunakan air sungai yang keruh. Sementara untuk minum, setiap pagi, ia mengantre menampung air bersih dari satu-satunya sumber air bersih. "Warga tidak ada yang mampu mengebor air tanah di rumah masing-masing, biayanya besar. Sebagian besar warga di sini buruh tani," kata Didi di Kampung Harempoy, Kamis 15 Desember 2016. Selain orang dewasa, anak-anak pun mandi di air sungai yang keruh. Menurut Didi, setiap tahun, saat musim hujan, warga justru kesulitan mendapatkan air bersih. Warga sudah mengajukan pembangunan sarana air bersih bertahun-tahun lalu ke Pemerintah Kabupaten Garut. Namun, belum ada respons. Selain warga RT 2, warga di RT 3 pun terpaksa menggunakan air Sungai Cikahuripan yang kotor. Seorang warga RT 2, Anang Somantri (46) menuturkan, sekitar 80% warga RT 2 tidak memiliki sumber air bersih sehingga mengandalkan air dari sungai. Hanya 20% warga yang memasang pipa untuk mengalirkan air bersih dari mata air yang jaraknya 3 kilometer. "Tidak semua warga mampu pasang pipa paralon untuk dapat air dari mata air," ucap dia. Karena tak semua warga mampu memasang pipa paralon, warga yang mampu pun membagikan air kepada tetangga-tetangganya. "Menampung airnya bergiliran, ke rumah saya pagi, lalu pipa paralonnya dioper ke rumah kakak sore harinya," kata Anang. Warga RT 2 memilih tidak mengebor tanah untuk mendapatkan air. Soalnya, menurut Anang, pasokan air tanah pun hanya sedikit karena disedot oleh rumah-rumah kontrakan di sekitar kampung. Hal serupa terjadi di Kampung Babakan Gandok, Desa Karyajaya. Seorang warga, Jabar (39) menuturkan, sebagian besar warga kampung memanfaatkan air sungai yang keruh untuk kebutuhan sehari-hari. "Kena penyakit kulit sih sudah biasa buat warga karena sehari-hari pakai air kotor," ucap dia. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut Widiyana mengatakan, Desa Karyajaya termasuk salah satu desa yang rawan air bersih. Hal itu terjadi karena desa berada di sekitar Gunung Cikuray. Pemkab Garut memiliki program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) untuk penyediaan sarana air bersih. Warga Desa Karyajaya diminta mengajukan kembali proposal penyediaan sarana air bersih ke Pemkab Garut. Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut Uu Saefudin mengatakan, pengadaan sarana air bersih memang masih sedikit. Dalam setahun, kuota penyediaan air bersih hanya di tiga lokasi sementara permintaan penyediaan sarana air bersih dari warga cukup banyak. Dengan demikian, belum semua desa memiliki sarana air bersih.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat