kievskiy.org

Penyebab Bergesernya Pilar Jembatan Cisomang Terungkap

PARA PEKERJA memperbaiki pilar ke-2 Jembatan Cisomang, KM 100+700 di ruas Tol Purbaleunyi, Kabupaten Purwakarta, pada Selasa 27 Desember 2016. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, pergeseran di Cisomang sudah terindikasi sejak 2012 lalu akibat akumulasi pergerakan tanah yang tipenya lambat.*
PARA PEKERJA memperbaiki pilar ke-2 Jembatan Cisomang, KM 100+700 di ruas Tol Purbaleunyi, Kabupaten Purwakarta, pada Selasa 27 Desember 2016. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, pergeseran di Cisomang sudah terindikasi sejak 2012 lalu akibat akumulasi pergerakan tanah yang tipenya lambat.*

PURWAKARTA, (PR).- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa pergeseran Jembatan Cisomang yang berada di KM 100+700 jalan Tol Purbaleunyi terjadi karena akumulasi pergerakan tanah yang tipenya lambat. Sejak 2012 lalu, sudah terindikasi ada pergerakan tanah yang menyebabkan terjadi pergeseran 57 sentimeter pada pilar ke-2 dari 6 pilar penyangga jembatan bertipe portal (beam integral bridges) itu.

Demikian disampaikan Kepala Badan Geologi ESDM, Ego Syahrial, selesai melakukan peninjauan di lokasi Jembatan Cisomang, Darangdan, Kabupaten Purwakarta, pada Selasa 27 Desember 2016.

Berdasarkan penjelasan Ego, fondasi pilar ke-1 dan ke-2 Cisomang bertumpu pada tanah lapukan breksi vulkanik dan tanah lempung (liat). Dengan kondisi demikian, tanah mudah sekali mengalami swelling (penggembungan).

“Pilar ke-1 dan 2 bertumpu pada (tanah) lempung. Lempung sendiri mudah sekali swelling. Begitu curah hujan tinggi atau terkena air (sungai), kondisinya jadi mengembang. Artinya, (pilar) mudah tergelincir, apalagi berada dalam sudut miring. Seperti diketahui, sebelah timur Jembatan Cisomang, terjadi pergerakan tanah sejak lama. Hal itu mendorong terjadi pergeseran pilar,” tuturnya.

Ego mengungkapkan, pihaknya telah menurunkan tim tanggap darurat sejak 24-26 Desember 2016 lalu. Pihaknya menerjukan dua tim, yakni bidang mitigasi gerakan tanah dan geologi teknik. Kesimpulan yang didapat adalah apa yang terjadi di Cisomang merupakan akumulasi dari pergerakan tanah yang terjadi secara lambat. Akibatnya, terjadi pergeseran vertikal jembatan hingga 57 sentimeter. 

Meskipun dalam perhitungan para pakar dan Komisi Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan (KKJTJ), toleransi pergeseran adalah 71 sentimeter. Kendati masih di bawah range keselamatan toleransi, kata Ego, Jembatan Cisomang masuk dalam salah satu area zona merah pergerakan tanah. Sehingga, hingga kini sinyal-sinyal pergerakan tanah masih terjadi, meskipun dalam frekuensi yang kecil.

“Apa yang terjadi di Cisomang adalah akumulasi dari pergerakan tanah yang tipenya lambat. Saat Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) melalui KKJTJ menyampaikan ada pergeseran 57 sentimeter memang benar. Pergerakan yang terjadi memang sesuai dengan peta pergerakan tanah yang Badan Geologi keluarkan,” ucap Ego.

Hingga kini, kata Ego, para pakar masih melakukan investigasi awal. Untuk mengetahui seberapa dalam penyebaran dan karakteristik (pergerakan tanah) yang terjadi di Jembatan Cisomang.

“Ini baru investigasi awal, kami masih menggali sedalam apa penyebaran dan karakteristiknya. Sehingga soal mitigasi yang bisa kami sampaikan lebih tepat,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat