kievskiy.org

Lahan dan Petani Tebu di Jawa Barat Terus Menyusut

CIREBON, (PR).- Lahan tebu rakyat di Jawa Barat semakin habis. Selama kurun waktu tujuh tahun ini, lahan tebu di Jabar tersisa sekitar 40 persen. Sampai tahun 2009, lahan tebu masih tersisa sekitar 12.000 hektare. Namun saat ini, tinggal tersisa 5.000–5.500 hektare.

Seorang petani tebu asal Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Abdullah, menyatakan, sebagian lahan miliknya yang semula ditanami tebu, kini sebagian sudah ditanami jagung. "Kalau kondisinya masih terus rugi, mau tidak mau, akan saya ganti seluruhnya dengan jagung," kata Abdullah.

Menurut Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Haris Sukmawan, semakin habisnya lahan tebu terjadi menyusul menurunnya minat petani tebu dalam menanam komoditas tersebut, akibat terus merugi. Kata Haris Sukmawan, pada rentang waktu dua ampai 3 tahun terakhir, luas lahan tebu di Jabar masih mencapai 8.000–9.000 hektare. Bahkan, pada 2006-2009 lalu, luas lahan tebu di Jabar mencapai sekitar 12.000 hektare.

"Namun musim tanam sekarang hanya tinggal 5.000–5.500 hektare," ujar pria yang akrab disapa Wawan, Senin 16 Januari 2017. 

Rendahnya tingkat rendemen maupun harga gula, dipercaya menjadi faktor terus meruginya petani tebu. Pada musim giling 2016 lalu, kondisi tersebut terutama dialami oleh para petani tebu yang memasuki musim giling periode ketujuh hingga seterusnya. Pada periode tersebut, tingkat rendemen anjlok menjadi 5,5-6 persen. Begitu pula harga gulanya yang hanya dihargai Rp 10.800-Rp 11.000/kg.

"Untuk periode ketujuh sampai giling akhir, nasib petani tebu benar-benar terpuruk," tutur Wawan. Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang 2016. Cuaca ekstrim itu menyebabkan biaya tebang maupun pengangkutan tebu dari ladang ke pabrik gula melonjak tinggi. Akibatnya, kata dia, jumlah petani yang menanam tebu dan lahan tebu pun berkurang drastis.

Menurut Wawan, saat ini hanya ada sekitar 3.000-4.000 orang petani tebu. "Padahal, sebelumnya petani tebu di Jabar bisa mencapai 12.000 orang," ucapnya. Menurut Wawan, petani tebu banyak yang mengurangi menanam tebu bahkan beralih total pada komoditas pertanian lain untuk ditanam di lahannya. "Banyak petani yang beralih menanam padi dan jagung. Sementara untuk buruh tani yang biasanya mengelola lahan tebu, banyak yang beralih profesi menjadi buruh bangunan."

Wawan berharap, pemerintah pusat memperbaiki nasib petani tebu dan membangkitkan kembali minat petani untuk menanam tebu. Pasalnya, jika para petani tebu benar-benar meninggalkan budi daya tebu, maka Indonesia sepenuhnya akan bergantung pada impor gula. Kondisi itupun akan membuat harga gula di dalam negeri sepenuhnya ditentukan dari luar negeri.

Wawan mengungkapkan, untuk meningkatkankan minat dan kesejahteraan para petani tebu, salah satu hal yang harus dilakukan adalah segera merealisasikan janji membangun 11 pabrik gula baru yang modern. Pasalnya, saat ini pabrik gula yang ada di Jabar dan daerah lainnya di Indonesia merupakan pabrik tua peninggalan Belanda. "Dari 11 pabrik gula baru modern yang dijanjikan akan dibangun, salah satunya akan dibangun di Jabar. Tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya," tutur Wawan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat