kievskiy.org

Juda Agung: Indonesia Harus Manfaatkan Bonus Demografi 2020-2030

KEPALA Perwakilan Bank Indonesia Jabar Juda Agung (kiri) menjawab pertanyaan sejumlah mahasiswa dan dosen Unswagati saat memberikan kuliah umum dengan materi Perekonomian Indonesia : Tantangan, Outlook dan Kebijakan di aula Unswagati Cirebon, Selasa, 21 Maret 2017.*
KEPALA Perwakilan Bank Indonesia Jabar Juda Agung (kiri) menjawab pertanyaan sejumlah mahasiswa dan dosen Unswagati saat memberikan kuliah umum dengan materi Perekonomian Indonesia : Tantangan, Outlook dan Kebijakan di aula Unswagati Cirebon, Selasa, 21 Maret 2017.*

CIREBON, (PR).- Bangsa Indonesia harus bisa memanfaatkan sebesar-besarnya masa keemasan bonus demografi pada era 2020-2030, untuk kejayaan bangsa. Jangan sampai bonus demografi yang hanya terjadi sekali dalam peradaban bangsa Indonesia, berlalu begitu saja yang hanya akan menyisakan penyesalan sepanjang sejarah bangsa. . Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar Juda Agung, bangsa kita perlu berkaca pada negara-negara lain yang berhasil memanfaatkan puncak bonus demografi, yang ditandai dengan proporsi penduduk usia produktif mencapai 70%, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Seperti Tiongkok dengan pertumbuhan ekonomi sampai 10% dan Korea yang hampir 10%. "Korea dengan produk-produk teknologi komunikasinya seperti Samsung mampu melaju pesat menyangi Nokia dan merk lain yang sudah lebih dulu eksis," kata Juda saat memberikan kuliah umum dengan materi Perekonomian Indonesia : Tantangan, Outlook dan Kebijakan di aula Universitas Swadaya Gunungjati (Unswagati) Cirebon, Selasa, 21 Maret 2017. Menurut Juda, jika bangsa Indonesia mempersiapkan dengan matang, puncak keemasan pembangunan bangsa bisa diraih. "Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sejahtera dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi," katanya. Menurut Juda, tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diprediksi 5,2% dari yang tahun lalu 5,02%. Meski termasuk baik, menurut Juda, kalau pertumbuhan ekonomi kita hanya 5 % per tahun, pendapatan per kapita kita di tahun 2030 saat puncak bonus demografi, hanya 7.200 dolar AS. Pendapatan per kapita sebesar itu, katanya, bahkan masih jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang pada tahun 2016 saja, pendapatan per kapitanya sudah 10.000 dolar AS. "Jadi 15 tahun ke depan, kita malah lebih miskin dibandingkan Malaysia tahun lalu," katanya. Menurut Juda, untuk bisa menyamai Malaysia paling tidak dengan pendapatan per kapita 10.000 dolar AS, pertumbuhan ekonomi kita per tahun minimal 7 %. "Itu pun pada tahun 2030 pendapatan per kapita kita 9.600 dolar AS," tukasnya. Juda optimistiw, bersamaan dengan masa keemasan bonus demografi ini, pertumbuhan sebesar 7% bakal mudah diraih. "Tentu saja dengan catatan, kita semua memanfaatkan masa keemasan bonus demografi ini dengan maksimal," katanya. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, lanjutnya, harus mempersiapkan sejak dini sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi melalui program pendidikan, kesehatan, penyediaan lapangan kerja dan investasi di segala bidang. Era bonus demografi, katanya, merupakan saat yang baik untuk meningkatkan kualitas SDM, penyiapan tenaga kerja dan strategi pembangunan kependudukan. "Peran dan kontribusi perguruan tinggi sangat menentukan dalam era bonus demografi, karena banyak angkatan kerja muda yang perlu dilengkapi dengan keterampilan, inovasi dan kreatifitas," paparnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat