CIANJUR, (PR).- Melonjaknya jumlah pengunjung di Situs Megalitikum Gunung Padang lambat laun mulai memberikan dampak negatif. Lokasi wisata di perbukitan Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, itu mulai sering kebanjiran. Sejumlah teras situs digenangi air saat hujan turun akibat terjadinya pemadatan tanah.
Kondisi itu pun diperparah dengan buruknya drainase di area situs. Tak heran jika akhirnya air pun mudah menggenang. Koordinator Juru Pelihara Gunung Padang, Nanang Sukmana, membenarkan kondisi situs dalam beberapa waktu terakhir. Menurut dia, lokasi tersebut semakin sering digenangi air hujan, terutama di jalur yang biasa dilewati dan diinjak oleh pengunjung.
"Kondisi seperti itu sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Tapi, hujan deras beberapa bulan belakangan, membuat genangan air terus terjadi," kata Nanang, belum lama ini.
Genangan air terjadi di sekitar Teras II, IV, dan V yang diperparah dengan gundulnya rerumputan di sekitar Gunung Padang. Nanang mengaku, upaya menanami teras gundul tersebut sudah dilakukan. Akan tetapi, membludaknya jumlah pengunjung dan jalur teras yang kembali dilintasi pun akhirnya membuat rumput baru itu mati.
"Akhirnya ya gundul lagi, mungkin tidak semua pengunjung mengerti (kondisnya). Belum lagi, larangan buang sampah juga masih saja ada yang membandel," ucapnya.
Dibukanya zona wisata penunjang tak hanya menjadi kesempatan promosi wisata alternatif, tapi juga menjadi upaya pengelolaan Gunung Padang yang lebih intensif ke depannya. Soalnya, wisatawan pun nantinya dapat diurai dan tidak tertumpu pada satu titik pariwisata saja.
Apalagi, "rasa memiliki" wisatawan lokal yang belum terlalu tinggi terhadap situs itu dianggap dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Bukan tanpa alasan, hingga saat ini tidak sedikit bebatuan yang rusak akibat ulah wisatawan lokal.
Berdasarkan catatan, terdapat sejumlah batuan yang roboh karena digunakan sebagai tumpuan untuk berdiri atau berfoto. Selain itu, wisatawan lokal juga seringkali membersihkan alas kaki ke bebatuan yang berada di sana, sehingga membuat juru pelihara terus menerus memperbaiki dan merawat batu lebih intensif lagi. Jika tidak, maka bebatuan akan cepat kotor, menguning, dan berjamur.***