kievskiy.org

Napak Tilas Sejarah Kota Depok, Mahasiswa Universitas Pancasila Beraksi di Bangunan Bersejarah

Mahasiswa Pariwisata Universitas Pancasila mengecat dan menyapu Jembatan Panus yang melintang di atas Sungai Ciliwung, Kota Depok, Senin 24 Juli 2017. Mahasiswa meminta bangunan-bangunan bersejarah Depok dilestarikan pemerintah.*
Mahasiswa Pariwisata Universitas Pancasila mengecat dan menyapu Jembatan Panus yang melintang di atas Sungai Ciliwung, Kota Depok, Senin 24 Juli 2017. Mahasiswa meminta bangunan-bangunan bersejarah Depok dilestarikan pemerintah.*

Tangan‎ Vegita Muflikhah (21) bergerak lincah memoles tembok jembatan dengan cat putih. Matahari semakin meninggi membuat keringat Vegita mulai bercucuran. Namun, mahasiswa Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila tersebut tak kehabisan semangat. Rayuan pepohonan di tepi Sungai Ciliwung yang teduh tak membuat dara asal Bojonggede, Kabupaten Bogor itu beranjak dari jembatan. Mata Vegita terus lekat memandang celah-celah tembok yang belum tersapu kuas cat. Di bagian lain, beberapa mahasiswa juga asik mengecat dan membersihkan jembatan tua tersebut.

Demikianlah kegiatan Senat Mahasiswa, Fakultas Pariwisata, Universitas Pancasila saat menggelar acara pengabdian masyarakat di Jembatan Panus, Kota Depok, Senin 24 Juli 2017. Jembatan yang didirikan pada 1917 tersebut menjadi tujuan kegiatan karena sarat dengan sejarah awal Depok. Selain mengecat, mahasiswa juga mencabuti rumput dan menyapu di jembatan.

"Kita membantu masyarakat, setidaknya tidak kelihatan kumuh," ucap Vegita. ‎ Baginya, kegiatan tersebut bukan hanya sekadar bersih-bersih saja. Para mahasiswa seolah diajak melakukan napak tilas di sejumlah bangunan bersejarah yang menjadi saksi awal perkembangan Depok sebagai kota.

Vegita mengaku baru mengetahui Jembatan Panus bernilai sejarah setelah mengikuti rangkaian acara. "Orang-orang juga enggak tahu," ucapnya. Dia menilai, sejarah Depok kurang diperkenalkan kepada masyarakat. Tak heran, berbagai kekayaan bangunan tua sarat sejarah hanya dianggap tempat biasa karena minimnya pengetahuan sebagian masyarakat. Seperti keberadaan Jembatan Panus yang menjadi penghubung Depok dengan Jalan Raya Bogor di masa lalu. Panus seakan hanya jembatan biasa yang melintang di atas Ciliwung. Keberadaannya pun tambah terpinggirkan karena kehadiran jembatan baru di dekatnya yang lebih ramai dilalui lalu lalang kendaraan.

Wawasan Vegita terbuka setelah tahu jembatan yang dibangun Insinyur Andre Laurens telah berusia satu abad. Andre merupakan salah satu keturunan marga eks budak Cornelis Chastelein yang menguasai lahan Depok pada 1696-1714. Karya Andre tersebut hingga kini masih bertahan dengan keunikan konstruksi bangunan yang dibuat tanpa campuran semen dan tulang besi. Jembatan tersebut memiliki lebar 5 meter dengan panjang 65 meter. Ketinggian jembatan dari dasar Ciliwung mencapai 15 meter.

Harusnya diselamatkan pemerintah

Menurut Vegita, bangunan-bangunan bersejarah Depok harus diselamatkan pemerintah. "Biar kita tahu kalau suatu daerah itu punya sejarah masing-masing," ucapnya. Tak hanya mengecat Panus, para mahasiswa pun berkeliling ke Kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelei (YLCC), Gereja Immanuel, Rumah Sakit Harapan dan SD 02 Pancoran Mas di Jalan Pemuda. Di tempat-tempat tersebut, para mahasiswa membagikan tong-tong sampah. 

Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat Senat Mahasiswa Pariwasata Universitas Pancasila Pusporini (19) menambahkan, pemberian tong dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian bangunan-bangunan bersejarah itu. "Ngajak masyarakat di sini supaya lebih peduli," tutur Pusporini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat