SUKABUMI, (PR)- Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Khofifah Indar Parawansa, Jumat 11 Agustus 2017 melakukan serangkaian ziarah ke makam pelajar korban dugaan pemukulan rekannya. Didampingi keluarga, menteri sempat memanjatkan doa dipusara SR (6) pelajar kelas 2 SDN Lengkoweng asal Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Terlihat keluarga korban hanyut dalam kesedihan saat Khofifah Indar Parawansa tengah memanjatkan doa. Sebelum berziara mensos sempat mendatangi rumah keluarga korban.
Dia datang diantar Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sukabumi, Yani Marwan Hamami dan Kepala Kepolisian resort (Kapolres) Sukabumi, M Syahduddi kerumah korban di kampung Citiris yang berada tidak jauh dari lokasi sekolah korban. “Kami tidak hanya hadir di sini untuk bertakziah ke keluarga korban. Tapi berdoa dipusara makam pelajar SD itu,” katanya.
Khofifah Indar Parawansa menegaskan menyerahkan penanganan kematian pelajar itu sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Begitupun terkait mengenai penanganan pengawasan dan manajemen sekolah mengenai perlindungan kepada para pelajar diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi, yakni Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi.
“Kami datang ke Sukabumi ingon melihat bagaimana kondisi di lapangan. Apalagi kedatangan ini berkaitan dengan tugas dan fungsi Kementerian Sosial di sini,” katanya.
Menjadi Cambuk
Khofifah Indar Parawansa mengatakan persitiwa tragis yang menimpa SR, harus menjadi cambuk tidak hanya bagi dunia pendidikan. Tapi menjadi intropeksi bagi seluruh dinas, lembaga dan institusi lainnya mengenai pentingnya manajemen sekolah. Apalagi informasi yang beredar, SR merupakan korban perundungan rekannya sejak lama.
“Sambil menunggu hasil otopsi dan penyelidikan dari pihak kepolisian, kami mengajak semua pihak agar memnghindari kekerasan dalam bentuk apapun, baik lisan maupun fisik. Bulan lalu kita dikagetkan dengan aksi perundungan sekolompok anak SD dan SMP,” katanya.
Khofifah Indar Parawansa mengingatkan agar seluruh orangtua untuk tidak begitu lepas begitu saja membimbing dan mengawasi anak-anaknya. Apalagi tanggung jawana saat berada di sekolah tidak hanya guru. Tapi keterlibatan orangtua saat anak-anaknya berada di lingkungan sekolah.
"Dikhawatirkan disengaja atau tidak postingan berbagai kekerasan di media sosial mempengaruhi sikap anak-anak. Dan tidak menutupkemungkinan, tontonan di televise yang setiap hari diliha dan bisa saja ditiru,” katanya.