Minat siswa sekolah dasar di Kabupaten Indramayu dalam bidang maritim masih rendah. Tak ayal, menjadi nelayan bukanlah pilihan utama bagi mereka saat ini. Artinya menjadi nelayan juga bukan merupakan cita-cita masa kecil mereka.
Setidaknya hal tersebutlah fakta yang ditemukan oleh sejumlah mahasiswa asal Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tengah meneliti di Indramayu. "Seratus persen dari tiga puluh siswa yang kami temui di Indramayu tidak mau menjadi nelayan dengan berbagai alasan," ujar Irfan Syauqi (21) . Kebanyakan dari mereka masih merasa ketakutan sehingga tidak memilih nelayan sebagai jalan hidup mereka.
Hal tersebut kata Irfan, memunculkan sebuah ironi. Sebab Indramayu merupakan daerah pesisir di mana produksi ikannya cukup melimpah. Di sisi lain, minat generasi mudanya terhadap bidang maritim sangatlah rendah. Jika terus begitu maka bukan tak mungkin ke depan potensi perikanan Indramayu tidak dapat tergarap dengan maksimal. Soalnya tak ada sumber daya manusia yang mampu mengelolanya.
Untuk itu, Indramayu dipilih menjadi tempat penelitian pengembangan model permainan bidang maritim. Irfan mengatakan, daerah Eretan Indramayu merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya lautnya. Hal tersebut harus juga ditunjang oleh sumber daya manusia yang mumpuni di bidang maritim. Poin itu belum terpenuhi di wilayah Eretan.
Berangkat dari keprihatinan tersebut maka lima orang mahasiswa IPB yakni Irfan, Danang, Novia, Tyas dan Cahya mengembangkan sebuah model permainan JANTRA. JANTRA merupakan akronim dari jagoan anak nelayan nusantara. Permainan anak yang mengandalkan dadu tersebut diklaim dapat meningkatkan minat anak terhadap bidang maritim.
Mirip ular tangga
Permainan mirip ular tangga tersebut dimainkan di sebuah petak berukuran 4,5 x 6 meter. Nantinya pemain yang totalnya berjumlah lima akan berpacu menuju petak akhir. Tentunya di tengah permainan mereka akan melalui banyak rintangan dan tantangan. "Prinsipnya menggabungkan antara monopoli dan ular tangga," ujar Irfan, mahasiswa IPB asal Pangandaran tersebut.
Dia menjelaskan, permainan JANTRA dibagi menjadi 4 pos yang digolongkan sesuai warna dan tingkatan profesi di bidang maritim. Adapun empat pos tersebut yakni nelayan, nahkoda, juragan kapal, pengusaha kapal dan menteri kelautan. Melalui cara tersebut kata dia, secara tidak langsung pengetahuan akan mudah diserap dan diingat oleh siswa. "JANTRA bukan hanya sekadar permainan, program JANTRAdisempurnakan dengan adanya outbond kreatif. Jadi dapat mengasah psikomotorik karena anak dituntut untuk kreatif," ungkapnya.
JANTRA kata Irfan, merupakan permainan yang dapat berkembang ke depannya. Karena menawarkan fleksibilitas sehingga dapat diubah-ubah. Misalnya saja, konten yang ingin disampaikan di dalam kartu permainan bisa diubah sesuai dengan keperluan dan tujuannya.