GELARAN Festival Keraton Nusantara XI di Cirebon harus dijadikan momentum kebangkitan kembali peradaban Indonesia. Salah satunya melalui kajian dan bedah naskah kuno dari seluruh keraton se-nusantara, yang jumlahnya luar biasa banyak.
Beragamnya bahasa, aksara, informasi, dan keilmuan yang terkandung dalam naskah kuno menjadi bukti tingginya peradaban nusantara di masa lampau. Naskah-naskah tersebut menjadi rujukan utama dalam merekonstruksi sejarah dan peradaban Indonesia masa lalu.
"Saya yakin kalau anda semua juga bisa membaca naskah-naskah kuno, bakal seperti saya, antara tercengang, kagum dan terbelalak. Saya sampai jatuh cinta setengah mati sama naskah kuno," ungkap guru besar Filologi Universitas Indonesia Titik Pudjiastuti. Dia mengungkapkannya usai menjadi narasumber seminar tentang naskah kuno di Bangsal Pagelaran Keraton Kasepuhan Kota Cirebon. Seminar tersebut merupakan salah satu rangkaian Festival Keraton Nusantara XI.
Menurutnya, filolog dari negara-negara lain sudah sejak puluhan tahun lalu mengagumi isi naskah kuno asal nusantara. Mereka sampai memburu keberadaannya.
"Mereka bahkan berani menawarkan harga tinggi untuk bisa memiliki benda tersebut. Sementara kita baru mengetahuinya belum lama. Ini sungguh ironis," katanya lagi.
Titik bahkan yakin, hanya dengan mempelajari naskah-naskah itu, ada banyak peluang ekonomi yang bisa diraih. "Dalam naskah kuno ada banyak informasi dan berbagai ilmu, dari mulai ilmu pengobatan, kecantikan, arsitektur, ilmu bangun, sampai pertanian yang bisa memberikan dampak ekonomis," katanya.
Naskah kuno Islam Indonesia
Penilaian serupa disampaikan Azyumardi Azra, guru besar sejarah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Menurut mantan Rektor IAIN/UIN Syarif Hidayatullah ini, sudah bukan rahasia lagi, banyak kalangan asing yang sangat agresif dalam usaha memiliki naskah-naskah kuno Indonesia. Termasuk naskah yang terkait Islam Indonesia. Mereka menawarkan ganti rugi atau harga menggiurkan untuk memperoleh benda-benda tersebut.
Sementara berbagai lembaga Indonesia tidak memiliki anggaran memadai untuk menandingi agresivitas kalangan luar itu. "Akhirnya kita hanya bisa mengurut dada menyaksikan berpindahtangannya naskah-naskah warisan Islam Indonesia," katanya.
Menurutnya, sudah saatnya pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih besar terhadap perlindungan kekayaan Islam Indonesia, yang jika hilang dan berpindah tangan, tidak bisa diperoleh kembali.