PURWAKARTA, (PR).- Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat memiliki sebuah gapura megah yang bernama 'Gapura Indung Karahayuan'. Gapura itu kini sudah menjadi simbol kabupaten yang terkenal akan bendungan besarnya tersebut.
Pemerhati Budaya Sunda, Farid Farhan, menuturkan, banyak makna yang terkandung dibalik pembuatannya. Kata gapura sendiri diambil dari kata gafur dalam bahasa Arab yang artinya ampunan.
"Gerbang adalah pintu interaksi dengan dunia luar. Ini adalah simbol inklusifitas dan keterbukaan memberi maaf. Dengan gapura, Purwakarta menawarkan keterbukaan dan keramahan pada dunia," kata Farid, di ruang kerjanya, pada Selasa 14 November 2017.
Sedangkan pada makna 'Indung Karahayuan', kata Farid, merujuk kepada sosok seorang ibu. Peribahasa Sunda menyebut 'Indung Tunggul Rahayu'.
Artinya, pada gapura yang dibangun di Purwakarta, tersebut terkandung makna ibu adalah akar kemuliaan hidup. Manusia akan memperoleh kemuliaan manakala dirinya memperoleh pengampunan dari ibunya.
"Di sini saya lihat Bupati Purwakarta ingin agar orang tua harus menjadi rujukan dalam membuat kebijakan," ucapnya.
![](https://kievskiy.org/#STATIC#/public/image/2017/11/Gapura Indung Karahayuan (2).jpg)
Farid menyebutkan, dari aspek bentuk gapura memiliki alas persegi berbentuk kubus. Bagian atas gapura ini memiliki tiga lekukan utama melambangkan 'Tri Tangtu Jaya Dibuana' atau tiga ketentuan hidup.
Lekukan pertama melambangkan Rama, yakni kaum cendekia atau akademisi. Mereka tidak boleh berpolitik. Lekukan kedua melambangkan Resi yakni kaum agamawan, kode etiknya pun tidak boleh masuk kedalam ranah kehidupan politik.