kievskiy.org

Harga Ayam Tak Terkendali, Broker Bisa Dihilangkan

Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman meninjau ke sejumlah lapak pedagang daging dan telur ayam, di Pasar Muka, Cianjur, Jumat 29 Desember 2017.*
Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman meninjau ke sejumlah lapak pedagang daging dan telur ayam, di Pasar Muka, Cianjur, Jumat 29 Desember 2017.*

CIANJUR, (PR).- Pemotongan rantai distribusi daging dan telur ayam dengan menghilangkan broker dinilai dapat dilakukan sejak tingkat peternak. Hal tersebut, dianggap sangat memungkinkan terjadi sebagai upaya menekan tingginya harga daging dan telur ayam di pasaran. Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, distribusi dapat tetap berjalan meskipun tidak ada peranan broker. Seperti yang banyak diketahui, selama ini broker disebut-sebut berperan dalam kenaikan harga tinggi dari tingkat peternak ke pedagang. ”Ke depannya tidak perlu ada tingkatan broker. Apalagi, 2018 mendatang akan ada Badan Usaha Milik Desa (BUMD). Jadi biarkan mereka yang bermain, datang langsung ke peternak tanpa perlu membeli lewat broker,” kata Herman usai melakukan sidak di Pasar Muka, Jumat 29 Desember 2017. Ia mengatakan, dengan demikian biaya distribusi maupun kenaikan harga barang tidak akan terlalu tinggi akibat permainan di satu tingkatan tertentu. Termasuk, jika tiba hari-hari besar yang seringkali menjadi alasan kenaikan harga dan baru bisa kembali norma 1-3 pekan kemudian. Selain itu, Herman juga menjelaskan, jika nantinya pemerintah akan fokus pada kajian kebutuhan produksi untuk menimbang-nimbang harga kebutuhan di pasaran. Bekerjasama dengan Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan Cianjur, ia melihat ekstrak harga produksi per ekor ayam. Menurut dia, kajian tersebut memuat seberapa banyak biaya kebutuhan beternak ayam selama satu bulan. ”Diawali dengan satu ekor ayam yang diternakkan selama sebulan. Nanti dilihat, selama sebulan biaya pakannya, berapa persen yang mati, lalu biaya operasional lainnya juga. Ditotalkan, jadi terlihat semua kebutuhan yang seharusnya saat dijual,” ujar dia. Proses tersebut, membuat proses penjualan dapat berdasarkan keuntungan yang akan diperoleh sesuai dengan biaya produksi dan tidak dinaikkan sembarangan seperti yang biasa dilakukan distributor. Pasalnya, keuntungan yang wajar berada pada kisaran 10-15 persen dan pihak manapun tidak boleh sembarangan menaikkan harga. Didampingi Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Cianjur, Herman menjelaskan jika sejauh ini harga daging dan telur ayam memang sudah tinggi di tingkat peternak. Ayam PL dijual sekitar Rp 23.000 per kilogram dan teluar senilai Rp 23.000-24.000 per kilogram. Jika rantai distribusi dilanjutkan, maka nilai jualnya bisa lebih tinggi lagi. ”Bandar menjual daging dan telur ayam seharga Rp 25.000-26.000, biasanya selisihnya hanya Rp 1.000. Nah, kalau agen rata-rata mengambil keuntungan sebesar Rp 500-700 per kilogramnya,” ucapnya. Sementara itu Kapolres Cianjur Soliyah mengatakan, pihak kepolisian akan terus memonitor stabilitas harga di Cianjur dengan mendatangkan distributor dan peternak ayam. Upaya itu dilakukan, agar mereka tidak memberikan kenaikan harga lagi. ”Karena setiap datang hari-hari besar, memang dari tingkat distributor sudah menaikkan harga. Makanya, itu yang perlu ditekan lagi berkaca dari pengalaman yang sudah ada,” kata dia. Menurut Soliyah, pengalaman-pengalaman terdahulu terkait kenaikan harga akan menjadi pelajaran agar tidak ada distributor yang sembarangan menaikkan harga. Terlebih, masyarakat pada hari-hari besar/raya seringkali membutuhkan pasokan bahan makanan yang lebih banyak dari biasanya. ”Tapi, kalau mereka kekeuh kami akan melakukan tindakan yang lebih keras lagi,” ucap Soliyah.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat