SUBANG, (PR).- Ketua DPRD Kabupaten Subang Beny Rudiono memanggil direktur PDAM Tirta Rangga Subang, menyusul banyaknya laporan warga terutama di wilayah Selatan Subang terkait kualitas air yang salurkan ke rumah rumah. Warga yang menjadi pelanggan PDAM mengeluhkan air yang disalurkan sering keruh.
"Ya, saya sudah memanggil Dirut PDAM buat klarifikasi. Soalnya saya menerima laporan dan keluhan dari sejumlah warga pelanggan, mereka kecewa dengan distribusi air, sering keruh dan mati mendadak," kata Ketua DPRD Subang, Beni Rudiono, di Gedung DPRD, Kamis 3 Mei 2018. Dia mengatakan sebelum memanggil keluhan pelanggan sudah disampaikan dulu ke PDAM. Mereka sudah menindaklanjut keluhan tersebut, langsung melakukan pengecekan ke lokasi. Hasilnya, ada beberapa faktor penyebabnya diantaranya aktivitas penambangan galian C tak jauh dari lokasi sumber air PDAM. “Setelah mendengarkan penjelasan PDAM, saya kesal campur aneh, kok bisa ada galian di sana," ujarnya.
Dikatakan Beny, keberadaan penambangan galian C di sekitar sumber air PDAM harus ditindaklanjut. Selain meminta agar dinas terknis bergerak, dirinya juga akan meninjau langsung ke lokasi. “Kalau soal air sering mati itu masalah teknis yang bisa diselesaikan oleh PDAM, nah kalau soal dampak dari galian itu kami akan bantu nanti meninjau lokasi, jangan sampai kepentingan umum dikalahkan oleh kepentingan pengusaha, secepatnya bareng komisi III akan kelokasi,” tegasnya.
Galian
Dirut PDAM Tirta Rangga Suryana saat ditemui di ruangan Ketua DPRD mengatakan aktifitas penambangan di sekitar sumber air berpengaruh terhadap kualitas air yang didistribusikan ke rumah pelanggan. "Lokasi sumber air, yaitu mata air Cibulakan.di Kampung Cisusuh Desa/Kecamatan Cijambe, Subang. Mata air itu sudah digunakan sejak tahun 1996, sebelum ada aktivitas galian, airnya jernih. Tahun 1998,1999 dan 2000 mulai sering keruh. “Dulu ada galian batu yang dilakukan oleh warga, setelah dilarang mereka berhenti, tapi warga minta tanah harus dibeli, waktu itu lahan seluas lima hektr dibeli PDAM," katanya.
Menurut dia sejak tanah dibeli sampai tahun 2010 air yang disalurkan jernih. Namun tahun 2013 terganggu lagi. Sebab ada aktivitas galian dilakukan warga sekitar. “Warga di lokasi berbeda melakukan penambangan lagi. Aktivitas penambangannya galian batu diradius 300 meter. Kami sudah mengimbau supaya sumber mata air disana dijaga,” katanya.
Suryana mengatakan kali ini hanya bisa menyampaikan imbauan karena warga tidak mau menjual tanahnya ke PDAM, sehingga aktivitas galian tetap berlanjut. Malahan kini penambangan bukan hanya warga, tetapi ada penambangan skala besar. Akibatnya setiap hujan deras dipastikan air menjadi keruh. “Kami sudah menyampaikan ke DPRD penyebab air sering keruh. Kami berharap ada solusi melalui DPRD karena PDAM tidak memiliki kewenangan melarang," katanya.***