kievskiy.org

Perempuan di Pusaran Mitologi Upacara Adat Indramayu

GADIS-GADIS berkebaya dan dengan aneka bunga di kepala dalam acara adat Ngarot. Pada pergelaran upacara adat lainnya, perempuan pun sering kali dijadikan ikon.*
GADIS-GADIS berkebaya dan dengan aneka bunga di kepala dalam acara adat Ngarot. Pada pergelaran upacara adat lainnya, perempuan pun sering kali dijadikan ikon.*

PEREMPUAN ternyata memiliki korelasi keagungan tersendiri dalam mitologi yang tercipta di Indramayu. Mitologi tersebut seakan-akan menjadi sumber adanya ritual adat istiadat di wilayah tersebut selama beratus-ratus tahun. Upacara adat mapag sri, sedekah bumi, nadran, dan ngarot memiliki keterkaitan dengan mitologi tersebut.

Perempuan menjadi ikon yang melegenda akan adanya upacara adat mapag sri, sedekah bumi, dan nadran. Mapag sri dan sedekah bumi merupakan upacara adat para petani di Indramayu yang berkaitan dengan lahan pertanian, tanaman padi, dan ungkapan rasa syukur. Nadran merupakan upacara adat para nelayan di Indramayu yang berkorelasi dalam lingkup pesisir, lautan, ikan, dan ungkapan mulang trima (ungkapan bakti) kepada Sang Pencipta. 

Sedekah bumi senantiasa digelar seusai musim panen padi di desa-desa. Bentuk acara adat tersebut adalah warga desa melakukan apresiasi pergelaran wayang kulit purwa di lebu (balaidesa) siang-malam. Di balai desa itu pulalah warga berduyun-duyun membawa nasi tumpeng, lengkap dengan bakakak ayam dan kue-kue tradisional lainnya. Setelah doa bersama, nasi-nasi tumpeng itu dimakan bersama para pengunjung, dan sebagian lainnya dibagikan ke rumah aparat desa dan tokoh masyarakat.    

Upacara adat sedekah bumi memiliki narasi tentang cerita wayang ”Bumi Loka”. Oleh karenanya, sering kali pula ada yang menyebut sedekah bumi sebagai upacara adat Bumi Loka. Nama tersebut berkaitan dengan cerita adanya Prabu Natakawaca, ayah Bumi Loka, seorang raja di suatu kerajaan yang terkenal sakti mandraguna.

Pada suatu bagian cerita, Prabu Natakawaca jatuh cinta kepada bidadari di Suralaya bernama Dewi Supraba. Natakawaca naik ke Suralaya untuk melamar Supraba kepada Betara Guru. Sayang, lamarannya ditolak. Akibat penolakan tersebut, Sang Prabu murka besar. Dia mengamuk di Suralaya tersebut. Tak ada satu pun Dewa yang sanggup meladeninya. Akhirnya Betara Guru segera  mengutus Betara Narada untuk turun ke bumi menemui Arjuna. Tujuannya satu, minta bantuan Arjuna untuk menghentikan amukan Natakawaca. Arjuna menyanggupi. Benar saja, di Suralaya tersebut Arjuna mampu menghentikan dan menewaskan Natakawaca.

Agaknya cerita tidak berhenti sampai di sini, sebab putra Natakawaca bernama Bumi Loka menuntut balas kematian ayahnya. Di bumi ia menyerang Kerajaan Amarta, negara yang juga didiami Arjuna. Kesaktian Bumi Loka seperti dipertaruhkan dalam melampiaskan dendam pada Arjuna. Kerajaan Amarta dibuat kering kerontang, warga sangat kesulitan mencari air. Kemarau berkepanjangan. Arjuna segera turun tangan. Bumi Loka dikejarnya. Adu tanding terjadi. Akhirnya Bumi Loka dapat ditewaskan Arjuna. Seiring dengan kematian Bumi Loka, hujan pun turun di bumi. Warga bisa mengolah kembali sawah ladangnya. 

”Mapag sri”

Secara etimologi basa Dermayu (bahasa Jawa dialek Indramayu), mapag sri berarti menyongsong padi. Songsongan ini dihubungkan dengan musim panen padi yang segera tiba dalam dua atau tiga hari lagi. Masyarakat pun menyambutnya dengan menggelar wayang kulit purwa di balaidesa. Lakonnya adalah tentang Dewi Sri, dewinya padi. 

Menurut cerita, Betara Guru memiliki dua putra, yakni Angkarasa dan Angkasari. Suatu hari, Betara Guru memanggil kedua putranya tersebut. Angkasari yang rumahnya dekat diperintahkan agar segera menyampaikan kepada kakaknya, Angkarasa, yang rumahnya memang agak jauh. Ketika Angkasari tiba di rumah kakaknya, ternyata sang kakak sedang sakit panas. Dorongan hawa panasnya bahkan membuat Angkasari jatuh terpelanting.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat