kievskiy.org

Tradisi Perang Lodong dan Manfaat Konservasi Bambu

MOMENTUM Ramadan adalah saat yang tepat bagi para warga untuk saling berinteraksi lebih erat dan intim, baik warga sekampung maupun antarkampung. Pergaulan antarwarga itu salah satunya diwujudkan dalam perang lodong. 

Tradisi perang lodong hampir semua palemburan di Tatar Sunda mengalami dan terus melakukannya, baik di perbatasan utara hingga selatan Jawa Barat.

Warga Tanjungsari Sumedang, penduduk Garut, masyarakat Sukaraja Sukabumi, remaja di Kawali Ciamis, warga Salopa Tasikmalaya dan di pedalaman Tatar Sunda sangat femilier dengan tradisi perang lodong. Mereka bermain tembak-tembakan, lebih tepat paharus-harus sora alias berlomba membunyikan dentuman suara yang paling nyaring dilakukan di tengah sawah atau kebun. Perang lodong tentu lebih semarak ketika tiba bulan Puasa.

Inilah permainan yang membutuhkan keberanian lebih dan kreativitas yang menantang. Sebab, perang lodong bukan perang biasa. Perang ini dilakukan antarpenduduk kampung. Biasanya, jika lodong dari satu kampung bersuara mejé atau suaranya tidak kencang, maka alamat pemilik lodong itu menanggung malu. Sebab, mereka akan mendapatkan cibiran dari pihak ”lawan”-nya.

Meski begitu, perang lodong bukan perang sesungguhnya. Ini hanya peperangan alias main perang-perangan. Seusai perang lodong, antarpemuda atau anak kampung tidak saling bermusuhan. Mereka malah saling berangkulan. Saling bertanya bagaimana membuat lodong yang bersuara nyaring dan mengentakkan seisi kampung.

Dalam permainan perang-perangan bedil bodong, biasanya terbagi beberapa kelompok. Perang ini bisa dilajukan dalam rangka ngabuburit atau setelah menjalankan salat Tarawih.

Bersahabat dengan alam

Disadari atau tidak, dengan adanya perang lodong warga dituntut untuk tetap bersahabat dengan alam. Sebab, jika sumber utama pembuatan lodong hilang, ya tradisi itu pun akan makin menjauh.

Tentu bahan utama lodong adalah awi atau bambu. Terkait dengan bambu, bagaimanapun juga ini adalah satu jenis flora yang sangat akrab dengan kehidupan urang Sunda.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat