kievskiy.org

Kerajinan Tasikmalaya Seharusnya Bisa Mendunia

KABUPATEN Tasikmalaya menjadi salah satu pusat kerajinan di Jawa Barat. Bambu merupakan komoditas untuk bahan baku kerajinan tersebut. Hal ini sesuai dengan karakter peradaban masyarakat Jawa Barat yang menggunakan bambu dalam keseharian.

Fenomena ini menarik perhatian Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Sebagai Budayawan sekaligus pelaku peradaban, Dedi memiliki proyeksi agar produk kerajinan asal Tasikmalaya bisa mendunia. 

Proyeksi tersebut dijelaskan oleh mantan Bupati Purwakarta itu saat berkunjung ke Tasikmalaya. Tepatnya di daerah Rajapolah, Selasa, 19 Juni 2018. 

“Seharusnya bisa mendunia. Orang Sunda dan Melayu biasa menanak nasi menggunakan ‘seeng’ (dandang). Rumpun Melayu kan bukan hanya Indonesia. Kemudian, ada ‘aseupan’ (kukusan), ini terbuat dari bambu,” tuturnya.

Selain aseupan, perajin di Tasikmalaya juga memproduksi ‘cetok’ (caping), ‘boboko’ (tumbu) dan ‘nyiru’ (tampah). Dedi Mulyadi malah mendapati produk sama namun beda produsen dijual mahal di Malaysia. 

Pada Tahun 2015, dia pernah berkunjung ke Negeri Jiran tersebut untuk menjadi pembicara dalam Forum ASEAN Summit. 

“Jadi, saya kira sangat bisa kita membawa hasil kerajinan orang Tasikmalaya ke pasar internasional. Di Malaysia misalnya, produk sejenis itu harganya mahal. Inilah kunci kesejahteraan perajin di Tasik,” katanya. 

Selain Malaysia, Vietnam dan Thailand juga menggunakan produk budaya yang mirip. Bahkan, ‘cetok’ di Vietnam tergolong multifungsi. Selain digunakan petani untuk bekerja di sawah. Produk anyaman bambu itu pernah digunakan tentara vietkong saat melawan gempuran Amerika. 

“Saya katakan di berbagai kesempatan, berpijak pada kebudayaan itu nasionalisme sejati. ‘Cetok’ itu digunakan tentara vietkong. Petani Indonesia saat melawan penjajah juga menggunakan itu,” ujar Dedi Mulyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat