SUKABUMI, (PR).- Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sangat mencemaskan kesinambungan Situs Gunung Padang. Situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat itu, terancam rusak karena kebiasaan warga dan pengunjung yang kerap memukul- mukul batu.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Tim Inventarisir Cagar Budaya Bergerak, BPCB Kemendikbud, Fajar Satya Burnama.
Kendati telah dilakukan pencegahan, namun kebiasaan memukul batu punden berundak terbesar di Asia Tenggara itu, masih terus berlangsung. Kebiasaan tersebut dikhawatirkan dapat merusak sejumlah batu prasejarah itu.
Memukul batu di kawasan utama seluas 900 Meter persegi itu, menimbulkan bunyi bunyian berbeda sehingga menimbulkan nada dan irama. Karena itulah memukul batu kini menjadi kebiasaan warga dan pengunjung saat mendatangi peninggalan prasejarah tersebut.
"Kebiasaan memukul batu dengan batu bersusun yang selama ini dilakukan warga dan pengunjung dapat merusak batu batu bersusun prasejarah. Banyak batu bersusun di Gunung Padang dalam kondisi patah dan rusak karena imbas dari kebiasaan memukul batu dengan batu yang tersebar di kawasan Gunung Padang," katanya.
Selain itu, kata Fajar Satya Burnama saat melakukan serangkaian pendataan di Musium Prabu Siliwangi di Komplek Pesantren Dzikir Al Fatih, Kota Sukabumi hampir sebagian besar cagar budaya terancam kelestarian akibat aksi vandalisme.
"Sebagian besar cagar budaya yang tersebar di Jawa Barat termasuk di Sukabumi terancam kelestarian akibat dicoret coret tangan tangan tidak bertanggungjawab. Aksi vandalisme sudah berada dalam kategori mengancam kesinambungan peninggalan prasejarah. Kondisi harus segera dihentikan karena bila tidak dilakukan situs sejarah akan rusak dan musnah," katanya.
![](https://kievskiy.org/#STATIC#/public/image/2018/08/Tim Inventarisasi Cagar Budaya.jpg)
Inventarisasi museum
Lebih lanjut Fajar menjelaskan, tim yang beranggotakan sejumlah arkeolog dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia kini tengah melakukan inventarisasi. Tim beranggotakan tujuh orang tersebut tidak hanya mendatangi sejumlah museum, tapi juga mendatangi beberapa tempat peninggalan prasejarah dan situs sejarah.