CIAMIS, (PR).- Macan tutul (Panthera parfdus melas) yang sebelumnya ditangkap warga Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, KabupatenCiamis akhirnya dikembalikan lagi ke hutan, Senin 1 Oktober 2018. Pelepas liaran dilakukan di kawasan hutan Gunung Sawal di wilayah Cihaurbeuti , Ciamis yang merupakan habitat binatang buas tersebut.
Macan tutul jantan tersebut sebelumnya sempat dianggap teror oleh warga kaki Gunung Sawal wilayah Cikupa. Turunnya binatang dilindungi masuk hingga dekat kawasan permukiman penduduk, diduga akibat semakin menipisnya sumber makanan.
Macan tutul tersebut masuk perangkap pada hari Jumat 28 September 2018) Warga memasng perangkap, setelah sekitar tiga bulan terkahir ini merasakan teror oleh macan masuk kawasan penduduk. Untuk memikat, warga memasukkan sisa bangkai anjing yang sebelumnya dimangsa oleh macan tersebut.
Pelepas liaran dilakukan oleh berbagai pihak terkait, mulai dari unsur BKSDA Wilayah III Ciamis, TNI, Polri, organisasi pecinta alam, serta masyarakat. Sebelum dikembalikan ke habitanya di kawasan hutang Gunung Sawal, macan tersebut dipasang alat pelacak berupa radio collar.
“Kami identifikasi macan tersebut sebagai Si Abah, jantan dominan yang menguasai separuh wilayah Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Sebelum dikembalikan lagi ke alam liar, dipasang rado collar, untuk memudahkan pemantauan, monitoring dalam dua minggu,” tutur Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Ciamis Himawan Sasongko. Ia ditermui saat persiapan pelepasliaran di Kantor Resort Konservasi Wilayah XIX Gunung Sawal Jalan Raya Imbanagara, Ciamis.
Berdasar pemeriksaan kesehatan fisik dan kesehatan, lanjutnya, kondisi normal, penampilan Si Abah juga layaknya binatang buas yang liar. Insting dan daya survivenya masih sangat kuat. Daya jelajah macan tutul, sangat luas sehingga dapat keluar kawasan suaka margasawta Gunung Sawal hingga sekitar permukiman.
Macan tutul Gunung Sawal gantikan kepunahan harimau jawa
Lebih lanjut Himawan mengatakan berdasar survei tahun 2016 dan 2017, populasi macan tutul si kawasan suaka margasatwan Gunung Sawal sudah optimal. Macan juga merupakan pemangsa puncak dalam ekosistem hutan di Jawa.
“Menggantikan harimau jawa yang telah dinyatakan punah. Sebagai pemangsa puncak, macan tutul jawa juga merupakan indikator derajat keutuhan atau kelestarian hutan yang masih tersisa di Jawa. Sekaligus pengendali potensi hama bagii lahan pertanian dan perkebunan masyarakat,” tuturnya.
Dia berharap masyarakat tidak lagi menangkap atau memasang perangkap macan tutul. Masyarakat seharusnya proaktif mengusir kembali binatang buas tersebut masuk ke dalam hutan.