kievskiy.org

Bupati Cianjur Ditangkap KPK, Masyarakat Tumpah Ruah Syukuran di Alun-alun

RIBUAN orang memadati alun-alun Cianjur, Cianjur, Jumat 14 Desember 2018. Dua hari pasca penangkapan Bupati Cianjur, euforia masyarakat belum juga surut hingga mampu menyulap alun-alun menjadi lautan manusia dalam sekejap.*/SHOFIRA HANAN/PR
RIBUAN orang memadati alun-alun Cianjur, Cianjur, Jumat 14 Desember 2018. Dua hari pasca penangkapan Bupati Cianjur, euforia masyarakat belum juga surut hingga mampu menyulap alun-alun menjadi lautan manusia dalam sekejap.*/SHOFIRA HANAN/PR

ALUN-alun Cianjur berubah menjadi lautan manusia, sejak Jumat siang. Euforia yang masih belum habis usai ditangkapnya Irvan Rivano Muchtar, membuat warga tumpah ruah untuk sama-sama meluapkan suka cita.

Di ruang terbuka yang masih dalam tahap pembangunan itu, warga terus berdatangan dari segala arah. Tidak sedikit yang datang karena menerima undangan ngaliwet yang beredar sehari sebelumnya.

Sayangnya, kegiatan ngaliwet itu tak begitu ramai. Hanya terlihat beberapa orang yang menggelar lapak untuk menyantap nasi liwet. 

“PR” pun menyempatkan untuk menemui sejumlah orangtua yang datang, dan meminta pendapat mereka terkait kasus Irvan Rivano Muchtar.

Salah satu warga Asep Sopiandi (46) yang datang untuk menikmati suasana alun-alun yang baru, memberikan sedikit pendapat sebagai warga Cianjur.

"Kalau mau bicara soal bupati, sebenarnya saya malu punya pemimpin yang korupsi. Makanya saya berharap, pemimpin selanjutnya bisa sayang sama rakyat, amanah, dan tidak korup,” kata Asep di sela kunjungannya, Jumat 14 Desember 2018.

Apa yang terjadi pada pemerintahan Irvan, diharapkan tak terulang lagi. Ia menginginkan, pemerintahan selanjutnya tidak terganggu dan bisa berjalan aman serta kondusif.

Pungutan sekolah dan bangunan tak layak

Ia melanjutkan, sebagai orangtua yang juga memiliki anak di tingkat SMP, merasa miris dengan korupsi yang terjadi di lingkungan pendidikan. Apalagi, kenyataan di lapangan memperlihatkan jika masih banyak bangunan sekolah yang rusak.

“Akhirnya saya jadi heran, karena ternyata orangtua masih harus terbebani pungutan sekolah. Padahal ada dana alokasi khusus untuk pembangunan,” ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat