PURWAKARTA, (PR).- Produsen kue keranjang atau dodol Cina di Kabupaten Purwakarta menurunkan produksi dari biasanya 2,5 ton menjadi hanya 1,8 ton pada Imlek 2019. Penurunan itu akibat permintaan konsumen yang terus berkurang.
Kondisi itu dikeluhkan produsen kue keranjang di Kelurahan Nagri Kaler Kecamatan Purwakarta. "Meskipun permintaan menurun, kami tetap produksi karena ini (kue keranjang) adalah ciri khas perayaan Imlek," kata salah seorang perajin, Mulyadi (68), Minggu 3 Februari 2019.
Agar terjual sebelum perayaan Imlek yang jatuh pada Selasa 5 Februari 2019 esok, Mulyadi juga terpaksa menurunkan harga dodol buatannya. Dodol cina yang tadinya dijual seharga Rp 40 ribu per kilogram, mulai sekarang hanya Rp 35 ribu per kilogram atau secara ecerannya Rp 12.500 per kue.
Di tengah penurunan pesanan, Mulyadi bersyukur masih ada pelanggan dodol cina yang setia memesan dari tempatnya. Pelanggan terbesar mereka ialah seorang pemilik salah satu toko emas terkemuka di wilayah Purwakarta.
"Dia pesan mencapai satu ton kue keranjang," katanya. Mulyadi mengaku masih mengerjakan pesanan tersebut hingga sebelum Imlek. Tahun ini, tempatnya memproduksi dodol cina mulai Desember 2018 hingga dua pekan setelah Imlek 2019.
Produksi dodol cina hanya dilakukan menjelang Imlek karena permintaan yang nyaris tak ada pada hari lainnya. "Pernah, kita coba buat dodol Cina, sehari 20 kilogram beras putih. Ternyata, tidak laku. Akhirnya, dodol itu habis dimakan sendiri dan dibagikan ke tatangga," kata Mulyadi.
Mulyadi yang telah memproduksi dodol cina selama 30 tahun terakhir menyadari kondisi penjualannya terus berkurang dari tahun ke tahun. Padahal, dodol cina di sana sudah sangat terkenal sejak pembuatannya masih dilakukan oleh ibu kandungnya, Mulyati.
Pelestari kue keranjang terakhir di keluarga
Bisnis keluarganya saat ini diturunkan agar bisa terus melestarikan tradisi leluhur mereka sebagai pembuat kue keranjang setiap Imlek, satu tahun sekali. "Anak-anak yang lain tak mau meneruskan usaha pembuatan dodol keluarga kami, jadi hanya tinggal saya," kata Mulyadi.
Untungnya, Mulyadi juga mendapatkan dukungan penuh dari istrinya Hayati (67) dan keluarganya. Hayati mengaku tertarik menekuni pembuatan dodol cina sejak awal menikahi suaminya. Pasangan itu pun konsisten hingga sekarang.