PANGANDARAN,(PR).- Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Pangandaran terbentuk pada tahun 1995 oleh anggota Balawista Badung Bali, I Gede Bhrata.
Selama ini Balawista memiliki peran yang penting dalam melakukan pengawasan dan pertolongan untuk menjaga keselamatan pengunjung wisata yang tengah melakukan aktivistasnya di pantai sehingga memberikan kenyamanan terhadap pengunjung.
Kepala Balawista Kab Pangandaran, Dodo Taryana mengawali ceritanya dengan awal mula terbentuknya lembaga ini di daerah wisata pantai di Pangandaran. Menurut Dodo, pada tahun 1995 sedikitnya ada 100 orang relawan yang merupakan warga setempat dan karyawan hotel mengikuti pendidikan dan latihan yang dilakukan oleh Balawista Badung Bali di Pangandaran.
"Dengan berbekal diklat tang diselenggarakan selama satu minggu itu, Balawista terbentuk di Kab. Pangandaran," ungkap Dodo, di sela-sela waktunya saat melaksanakan latihan rutinnya di pantai barat Pangandaran, Minggu, 3 Maret 2019.
Saat itu, kata Dodo, Balawisata memiliki anggota sebanyak 100 orang relawan yang bersedia membantu pemerintah daerah pada saat itu (Kab Ciamis) dalam melakukan pengawasan dan penyelamatan terhadap wisatawan yang sedng beraktifitas di pantai.
"Saat itu hanya mengandalkan alat keselamatan pelampung seadanya yang di buat sendiri dan bersifat sosial tanpa honor atau insentif," ujarnya.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/03/1iQSZSGXIZpPuuOL1HrVSyQ8e24FrEt4XAl4MxSG.jpeg)
Mengundurkan diri
Dikarenakan tidak ada untuk kesejahteraannya, maka kata Dodo, dari 100 anggota, berangsur-angsur banyak yang mengundurkan diri sebagai relawan di Balawista. "Kalau tidak salah tinggal 30 orang yang masih bisa bertahan saat itu," katanya.
Namun, lanjut Dodo, pada tahun 2001, Balawista menjadi mitra pemerintah daerah Kab. Ciamis melalui Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan dan mendapatkan insentif, hingga sampai Pangandaran dimekarkan menjadi kabupaten definitif.