SUMEDANG, (PR).- Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang terus mengintensifkan pencegahan dan penanganan penyakit menular TBC (tuberculosis) yang menjangkiti masyarakat. Hingga kini masih banyak warga terduga TBC yang belum ditemukan sehingga berpotensi terjadi penularan kepada warga lainnya.
Dari 1.620 orang yang diperkirakan terjangkit TBC, sampai tahun 2018 lalu baru ditemukan 52 persen atau mencapai sekitar 842 orang. Padahal, target nasionalnya seharusnya mencapai 80 persen atau 1.296 orang.
“Jadi, masih ada 28 persen dari target atau sebanyak 453 orang warga terduga TBC, yang hingga kini belum ditemukan dan diobati secara rutin sampai sembuh. Oleh karena itu, kami terus mengintensifkan upaya deteksi dengan mencari dan menemukannya supaya bisa segera diobati sampai sembuh. Bahkan kami berupaya menemukan warga terduga TBC sebanyak-banyaknya sampai 100 persen,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Reny Kurniawati Anton pada ekspose “Peringatan Hari TB Sedunia tahun 2019” di ruang rapat Dinkes Kabupaten Sumedang, Jumat, 22 Maret 2019.
Menurut dia, dari hasil pemeriksaan laboraturium, 842 orang terduga TBC semuanya positif. Dari jumlah pasien sebanyak itu, selain sudah ada yang sembuh, ada juga yang masih dalam proses pengobatan rutin. “Namun, sebagian besar pasien masih menjalani proses pengobatan,” tutur Reny.
Hingga kini terus dilakukan pencarian warga terduga TBC yang belum terdata. Apabila ditemukan, akan secepatnya diobati secara rutin dan teratur sampai sembuh. Upaya pencariannya, diantaranya dengan melakukan investigasi kontak. Dinkes dan petugas puskesmas, akan mengecek kondisi kesehatan warga lainnya di lingkungan pasien TBC, terutama anggota keluarganya sendiri. “Sebab, ketika ada satu orang positif TBC, berpotensi menularkan kepada 15-20 orang di lingkungan sekitarnya,” katanya.
Upaya lainnya, dengan screening (deteksi dini) penularan dan penyebaran penyakit TBC bagi warga di daerah lainnya. Deteksi dini tersebut, dengan melihat ciri-ciri atau gejala penyakit TBC. Misalnya, batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, berat badan turun drastis dan sering keluar keringat dingin di malam hari tanpa aktivitas. Apabila ada warga yang mengalami ciri-ciri tersebut, diduga terjangkit TBC sehingga harus segera diperiksa dan jika positif harus diobati sampai sembuh. “Batuk lebih dari 2 minggu saja, harus segera diperiksakan ke dokter atau puskesmas,” ucap Reny.
Ia mengatakan, penderita TBC bisa disembuhkan. Bahkan jika penderitanya rutin berobat secara teratur, dalam 2 bulan tidak akan menular lagi. Akan tetapi, penderitanya tetap harus terus berobat sampai 6 bulan hingga penyakitnya bisa disembuhkan. Pengobatan penyakit TBC, diberikan secara gratis di puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya. “Oleh karena itu, kalau menemukan warga yang menderita TBC, segera periksakan ke dokter atau puskesmas untuk dilakukan pengobatan sampai sembuh,” tuturnya.
Ia tak memungkiri, penyakit TB erat kaitannya dengan faktor kemiskinan dan lingkungan yang kotor. Pasalnya, masyarakat miskin kurang memperhatikan pentingnya rumah sehat. Misalnya, rumah kurang pentilasi sehingga banyak ruangan lembab. Padahal, tempat lembab sangat rentan berkembangnya bakteri atau kuman TBC.
“Oleh karena itu, ventilasi setiap ruangan di dalam rumah harus cukup sehingga cahaya matahari bisa masuk. Kuman TBC akan mati jika terkena sinar matahari. Sementara penularan TBC bisa melalui udara, dahak atau ludah orang berpenyakit TBC. Karenanya, lingkungan di sekitar rumah kita harus bersih dan sehat,” tutur Reny.***