BOGOR,(PR).- Pemerintah Kota Bogor mendorong petani yang ada di Kota Bogor untuk beralih ke sistem pertanian organik. Hasil pertanian organik dinilai lebih memiliki nilai jual karena masyarakat perkotaan mulai melirik komoditas tersebut.
Kepala Seksi Metode dan Informasi Pertanian Dinas Pertanian Kota Bogor Santi Adisti mengatakan, jumlah petani di Kota Bogor terus menurun signifikan. Hasil penjualan hasil pertanian yang kurang menguntungkan, membuat mereka memilih untuk menjual lahan mereka.
“Dari data terakhir, jumlah petani di Kota Bogor ada sekitar 3339 petani, mayoritas sudah mendekati sepuh. Luas lahannya pun enggak terlalu besar lagi, pola pikir masyarakat, apalagi kaum muda sudah mulai bergeser. Sepertinya untuk melanjutkan usaha orang tuanya untuk kegiatan bertani, banyak berkurang,” ujar Santi Adisti di kantor Dinas Pertanian Kota Bogor, Jumat, 29 Maret 2019.
Dengan jumlah petani yang ada, saat ini Dinas Pertanian Kota Bogor berupaya mendorong petani untuk beralih ke konsep pertanian perkotaan. Sistem tersebut dinilai lebih efisien untuk meningkatkan produksi pertanian.
Salah satu konsep pertanian perkotaan yang perlu dilakukan yakni dengan sistem hidroponik dan aquaponik. Petani dapat menggunakan lahan yang sempit, namun produksi tetap optimal.
“Ada beberapa kelompok petani tertentu yang sudah mulai memikirkan masalah kesehatan. Jadi mereka membidik pasar masyarakat yang ingin hidup sehat, sehingga memilih sayuran yang organik. Pangsa pasarnya banyak diperkotaan, jadi kami ingin petani di Kota Bogor bisa memenuhi pangsa pasar tersebut,” kata Santi.
Menurut Santi, harga hasil pertanian organik dinilai lebih menjanjikan. Selain itu, sistem tanamnya juga terbilang cukup mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas, dan alat khusus.
Petani organik cukup membuat sistem kebun vertikal menggunakan pipa-pipa plastik untuk budidaya sayuran organik.***