kievskiy.org

Bayi yang Sempat Dikubur Hidup-hidup oleh Ibunya, Kini Meninggal Dunia Akibat Hipoksia

UJANG (40) tengah berdoa di makam anak keduanya yang baru saja meninggal, Sabtu, 20 April 2019 di  Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Purwakarta. Bayi berinisial D tersebut meninggal akibat hipoksia setelah sebelumnya sempat dikubur hidup-hidup oleh ibu kandungnya.*/HILMI ABDUL HALIM/PR
UJANG (40) tengah berdoa di makam anak keduanya yang baru saja meninggal, Sabtu, 20 April 2019 di Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Purwakarta. Bayi berinisial D tersebut meninggal akibat hipoksia setelah sebelumnya sempat dikubur hidup-hidup oleh ibu kandungnya.*/HILMI ABDUL HALIM/PR

PERASAAN sedih, iba dan bersalah, bercampur di raut muka Ujang (40). Ia sedih lantaran anak keduanya yang sempat dikubur hidup-hidup oleh istrinya itu akhirnya meninggal pada Sabtu, 20 April 2019.

Di sisi lain, pelaku yang berinisial W (35) adalah istri yang juga disayangi Ujang. Dia meyakini perbuatan istrinya itu semata-mata dipengaruhi gangguan kejiwaan yang dialami setelah persalinan anak kedua mereka atau yang biasa disebut sindrom baby blues.

"Kalau lagi sadar biasa saja. Kalau lagi tidak sadar sering mondar-mandir begitu," kata Ujang saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta. Karena itu, ia pun enggan menyalahkan istrinya.

Sebagai suami dan orang tua dari korban, Ujang merasa bersalah atas kejadian tersebut. Ia pun memilih untuk memasrahkan kejadian ini dan mengambil pelajaran berharga agar tidak terjadi lagi kepada keluarganya maupun orang lain.

Hingga saat ini, Kepolisian Resor Purwakarta belum bisa memeriksa W. Ini karena, pelaku masih dalam pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

"Belum ada (pemeriksaan), masih diperiksa selama 14 hari," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Purwakarta Ajun Komisaris Handreas Adrian saat dihubungi pada Minggu, 21 April 2019. Pelaku bisa terbebas dari hukuman apabila hasil pemeriksaan menyatakan yang bersangkutan mengakui gangguan jiwa.

Kematian korban pertama kali dikonfirmasi Direktur Utama RSUD Bayu Asih Purwakarta Agung Darwis. Menurutnya, kematian bayi berusia tujuh bulan itu disebabkan kekurangan suplai oksigen ke otak atau hipoksia.

Bayi tersebut tidak bisa bertahan setelah sempat dirawat di ruang perawatan khusus anak selama hampir satu bulan. Sejak awal, Agung menjelaskan suplai oksigen ke otaknya terhambat akibat ada benda asing yang diduga tanah, masuk ke dalam paru-paru korban. "Hipoksia pascadikubur. Otaknya jadi kekurangan oksigen yang sifatnya permanen," kata Agung.

Karena itu, selama perawatan pun korban sangat bergantung pada peralatan medis. Bahkan tim dokter harus memberikan obat khusus untuk memacu detak jantungnya secara berkala.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat