kievskiy.org

Manfaatkan Energi Baru dan Terbarukan, PLTA Rajamandala Bisa Jadi Pilot Project Program Kelistrikan Nasional

JAJARAN komisaris PT PLN melakukan kunjungan ke PLTA Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Senin 24 Juni 2019.* /HENDRO SUSILO/ PR
JAJARAN komisaris PT PLN melakukan kunjungan ke PLTA Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Senin 24 Juni 2019.* /HENDRO SUSILO/ PR

NGAMPRAH, (PR).- Dianggap berhasil manfaatkan air sebagai energi baru dan terbarukan (EBT), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala dapat menjadi pilot project untuk program kelistrikan nasional. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pun menargetkan bauran EBT mencapai 23 persen pada 2025.

Demikian disampaikan Komisaris Utama PT PLN Ilya Avianti seusai kunjungan ke PLTA Rajamandala, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, baru-baru ini. Dengan kapasitas 47 megawatt, menurut dia, PLTA Rajamandala yang mulai beroperasi sejak 12 Mei 2019 memiliki arti penting untuk mencapai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

"Tidak saja untuk mencapai target RUEN pengembangan pembangkit listrik nasional, tetapi juga menjadi contoh terobosan atas persoalan pembiayaan pembangunan proyek pembangkitan selama ini," kata Ilya.

Dia menjelaskan, pembiayaan proyek PLTA Rajamandala dilakukan dengan skema International Project Financing, melalui sindikasi Japanese Bank for International Coorporation (JBIC) dan Mizuho Bank Tokyo, dengan masa pinjaman 18 tahun. Pembangunan PLTA Rajamandala menyerap dana biaya 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2 triliun tidak menggunakan jaminan dari PLN.

Dengan skema konsorsium antara PT Indonesia Power dengan The Kansai Electric Power Co. Inc, pembangunan PLTA Rajamandala dilakukan oleh PT Rajamandala Electric Power. Ilya mengapresiasi PT Indonesia Power yang merupakan anak perusahaan PLN yang berkomitmen dalam pengembangan renewable energy.

"Kami betul-betul memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Indonesia Power yang telah menghasilkan listrik melalui energi baru terbarukan. EBT yang memang sudah dimulai di sini dengan pembangkitan tenaga air. Air yang tadinya kotor dengan limbah masuk ke Saguling, dari Saguling bisa kami manfaatkan di sini menjadi listrik yang ramah lingkungan," katanya.

Meskipun untuk membangun PLTA Rajamandala sempat mengalami kegagalan sebanyak tiga kali, dia mengatakan, listrik yang dihasilkan memiliki harga Kwh yang lebih murah. PLTA Rajamandala, imbuh dia, juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata, sehingga perekonomian masyarakat sekitar bisa bertumbuh.

Direktur Utama  PT Indonesia Power Ahsin Siqiq mengaku bangga bahwa anak bangsa dapat membangun PLTA Rajamandala, meski pihak asing turut diajak bekerja sama. Selain menghasilkan kapasitas listrik yang besar dengan harga yang murah, air yang keluar dari PLTA Rajamandala juga lebih jernih karena sudah melalui proses penyaringan beberapa kali.

"Air yang keluar juga lebih jernih, karena sudah disaring beberapa kali, sehingga dengan adanya pembangkit ini, listriknya ada, dan lingkungannya juga bersih. PLTA Rajamandala ini sudah beroperasi, dan dipersembahkan untuk masyarakat di Jawa-Bali. Tolong kita bersama-sama turut menjaga lingkungan," katanya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat