CIANJUR, (PR).- Jebolnya bendunganan irigasi di Kecamatan Cibeber yang terjadi sekitar empat bulan lalu mulai dirasakan dampaknya. Irigasi yang diketahui mengairi 1007 hektare sawah dan juga sumur warga itu, tak kunjung diperbaiki sehingga warga pun bergotong-royong untuk membuat sodetan pengairan baru.
Berdasarkan informasi, bendunganan irigasi itu mengalir ke sembilan desa, yaitu, Cimanggu, Cibaregbeg, Sukamaju, Cihaur, Sukaraharja, Cikondang, Cisalak, Peuteuycondong, dan Sukamanah. Salah satu warga setempat, Ujang (40) mengatakan, pada akhirnya warga menggunakan air dari sungai karena sumber air yang juga mulai mengering di sumur mereka masing-masing.
”Kalau musim kemarau wilayah Cibeber memang menjadi salah satu daerah yang terdampak. Biasanya, terjadi krisis air bersih karena sumur warga mengering sementara tidak ada sumber air lainnya,” kata dia, Kamis 27 Juni 2019.
Oleh karena itu, warga sangat mengharapkan bendungan peninggalan Belanda itu dapat segera diperbaiki. Apalagi, bendunganan yang jebol secara bertahap beberapa bulan lalu itu sudah dilaporkan kepada pemerintah pusat dan provinsi.
Sekitar 3.000 warga dari sembilan desa itu pun enggan menunggu proses perbaikan yang kabarnya baru diefektifkan pada 2021 mendatang. Soalnya, jika berbicara dampak, warga sudah merasakannya sejak saat ini sehingga perbaikan yang ditunda dinilai dapat memberikan efek berkepanjangan.
Diketahui, warga dari sembilan desa pun akhirnya mengambil keputusan untuk membuat sodetan. Warga menumpuk batu sungai dan membentuk saluran air baru yang dialirkan ke jalur irigasi, dengan begitu pengairan pun diharapkan dapat berjalan kembali.
Dana desa
Sementara itu, Camat Cibeber Ali Akbar mengatakan, lebih dari 3.000 orang menggantungkan hidupnya ke irigasi tersebut. Tidak heran, jika kerusakan bendunganan sangat terasa di musim kemarau.
”Pada akhirnya tidak cuma sawah, tapi kan sumur juga kering. Makanya, bersama muspika, kami mengoptimalkan dana desa dengan melakukan upaya ini sebagai antisipasi bencana,” ucapnya.
Petani dan warga sekitar harus tetap bertahan hidup meskipun kondisi bendunganan seperti itu. Maka dari itu, kegiatan gotong-royong untuk membuat pengairan baru itu dinilai perlu.