PALABUHANRATU, (PR).- Sebanyak 2.983 kepala keluarga (KK) atau 8.714 jiwa di Kabupaten Sukabumi, kini kesulitan mendapatkan air bersih. Warga yang berada di sebelas desa dan tersebar di tujuh kecamatan tersebut, kini terancam berbagai penyakit.
Ancaman penyakit yang rentan terjadi meliputi diare, penyakit kulit, hingga penyakit pernapasan. Warga yang berada di areal merah rawan air itu, kini terpaksa mengonsumsi air selokan dan sumur yang masih tersisa.
Meskipun menyadari air yang diperoleh tidak layak karena keruh dan berbau, namun warga terpaksa mengomsumsi. Mereka tidak memiliki pilihan untuk mendapatkan air bersih, karena seluruh mata air dan sumur dalam kondisi kering.
Kebutuhan warga terhadap air bersih sangat mendesak, terutama untuk keperluan minum, menanak nasi, hingga membersihkan makanan. Warga mencemaskan bila kebutuhan air tidak terpenuhi, maka akan semakin mengundang penyakit penyakit tertentu.
"Sudah banyak warga kini terserang penyaki kulit. Bahkan penyakit diare telah mengancam warga. Termasuk ISPA dan sakit mata, karena pemukiman warga berdebu," kata wargaCijurai, Kecamatan Gegerbitung, Dasep Suryana.
Dasep berharap agar pemerintah harus segera turun tangan. Terutama, mendistribusikan air bersih kepada warga yang kini sangat membutuhkan. Apalagi, hampir seluruh sungai, mata air dan sumur kini kering.
"Kendati masih tersisa, air yang dikonsumsi tidak layak minum. Sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit," katanya.
Data BPBD
Dari data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, didapati bahwa ribuan jiwa kini mengalami kesulitan air bersih.
Kondisi serupa juga membayagi warga di sebelas kedusunan di Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap. Bahkan, di Kecamatan Gegerbitung, rawan air bersih kini mengancam ratusan kepala keluarga di Desa Karangjaya, Desa Cijurey, dan Desa Gegerbitung.