kievskiy.org

Rumah Budiman Rusak Akibat Terdampak Proyek Pembangunan Tol Cisumdawu

BUDIAWAN (44) sedang membereskan bekas reruntuhan salah satu satu ruangan  yang ambruk  di rumahnya di Blok Sawah Lega  Dusun Panyirapan  RT 02/RW 07, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara, Selasa, 30 Juli 2019. Rumahnya rusak akibat dampak pembangunan jalan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) akibat pengoperasian berbagai jenis alat berat dan lalu lalang truk-truk besar di lokasi proyek.*/ADANG JUKARDI/PR
BUDIAWAN (44) sedang membereskan bekas reruntuhan salah satu satu ruangan yang ambruk di rumahnya di Blok Sawah Lega Dusun Panyirapan RT 02/RW 07, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara, Selasa, 30 Juli 2019. Rumahnya rusak akibat dampak pembangunan jalan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) akibat pengoperasian berbagai jenis alat berat dan lalu lalang truk-truk besar di lokasi proyek.*/ADANG JUKARDI/PR

SUMEDANG, (PR).- Rumah Budiawan di Blok Sawah Lega Dusun Panyirapan RT 02/RW 07, Desa Mekarjaya, Kecamatan Sumedang Utara, rusak akibat dampak pembangunan jalan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan). Satu ruangan ambruk, temboknya retak-retak, dan ada lantai yang ambles.

Kerusakan tersebut akibat dampak getaran pengoperasian berbagai alat berat dan lalu lalang truk-truk besar di lokasi proyek tol yang berjarak hanya 20 meter dari rumahnya. Bahkan satu ruangan ambruk, diduga dampak getaran keras ketika pemasangan paku bumi di lokasi proyek. Meski jaraknya dekat dengan lokasi proyek, rumah Budiawan tidak terkena pembebasan lahan dan bangunan oleh Satker tol Cisumdawu.

“Ruangan yang ambruk, seluas 24 meter persegi yang kini dipakai gudang. Bahkan tembok yang retak-retak, terancam ambruk. Temboknya bergoyang disentuh sedikit juga. Mungkin pondasinya bergeser. Apalagi kondisi tanahnya bekas sawah. Kalau terus-terusan terkena getaran alat berat, tembok yang retak-retak bisa ambruk. Apalagi posisinya di ruang tengah, tempat kumpul keluarga dan menonton TV. Jadi, dampaknya membahayakan keselamatan keluarga saya, ” ujar Budiawan (44) ketika ditemui di rumahnya di Dusun Panyirapan, Desa Mekarjaya, Selasa, 30 Juli 2019.
 

Menurut dia, kerusakan rumahnya sudah disampaikan melalui surat tertulis kepada kontraktor, Satker tol Cisumdawu di Jatinangor, dan PPK (pejabat pembuat komitmen) di Cileunyi. Namun, hingga kini tidak ada tanggapan dan perhatian serius dari mereka. “Saya mengirim surat 18 Juni lalu. Waktu itu, tembok rumah banyak yang retak. Belum juga ditinjau, tanggal 14 Juli pukul 9.15, tembok ruangan yang kini dipakai gudang keburu ambruk. Walaupun tanggal 17 Juli ada petugas dari Satker yang meninjau ke lapangan, tapi cuma melihat dari kejauhan. Tidak melihat langsung kondisi kerusakannya, Sejak saat itu lah, tidak ada lagi upaya dari Satker untuk menyelesaikan permasalahan ini,” kata Budiawan.

Dikatakan, setelah satu ruangan ambruk, kontraktor memberikan uang kompensasi Rp 3 juta untuk membereskan reruntuhan bangunannya. Akan tetapi, perhatian dari kontraktor dan Satker jangan  sebatas itu saja. Ini karena, kerusakan rumah dampak pengoperasian alat berat , membuat keluarganya was-was dan tidak tenang tinggal di rumah.  “Setiap harinya saya was-was takut ruangan lainnya  ambruk. Tinggal di rumah jadi tidak tenang dan nyaman. Kalau debu dan suara bising lalu lalang truk dan alat berat, sudah biasa dirasakan setiap harinya,” katanya.

Merasa tidak nyaman di rumah sendiri

Lebih jauh ia menjelaskan, karena kondisi rumahnya sudah tidak aman dan nyaman, sehingga dirinya menuntur Satker untuk membebaskan lahan dan bangunannya. Luas tanahnya  sekitar 1.120 meter persegi dan bangunannya 112 meter persegi. Jika tidak, jalan terakhirnya ia meminta bangunannya saja yang dibebaskan. Sebab, kondisi rumahnya membahayakan.

“Saya ingin pindah rumah. Apalagi rumah saya sekarang jadi rawan. Sudah dua kali kemalingan. Sebab, hanya  rumah saya saja di dekat projek tol yang tidak dibebaskan. Apalagi posisinya  di tengah sawah. Rumah yang lainnya, semuanya sudah dibebaskan. Bahkan nanti jalan desa akan ditutup, sehingga tidak ada akses ke rumah saya,” ujarnya.

Ia menambahkan, karena tidak ada perhatian dari kontraktor dan Satker, ia sempat menghentikan pengoperasian alat berat penyebab getaran. Sebab, khawatir getarannya menambah parah kerusakan rumahnya. Terlebih saat itu, waktu sudah sore sehingga semua aktivitas alat berat harus dihentikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat